Meski Magnitudonya Kecil, Gempa Swarm seperti di Jateng Bisa Berbahaya

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 27 Oktober 2021 | 01:49 WIB
Meski Magnitudonya Kecil, Gempa Swarm seperti di Jateng Bisa Berbahaya
Gempa swarm di Jateng sudah mereda. Meski demikian masyaraka diminta tetap waspada. Foto: Ilustrasi Gempa. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan gempa swarm yang terjadi di Jawa Tengah bisa berbahaya meski magnitudonya kecil.

Dalam siaran persnya yang diterima di Bogor, Jawa Barat, Selasa (26/10/2021), Daryono mengatakan gempa swarm bisa memicu bahaya jika terjadi di lokasi yang bangunannya berkualitas rendah.

"Terkait beberapa bangunan rumah warga yang sudah mengalami kerusakan ringan, munculnya retakan dinding tembok akibat swarm menunjukkan kulitas bangunan tembok yang kurang bagus," terang Daryono.

Ia mengatakan jika makin besar retakan bangunan, sebaiknya tidak ditempati dulu karena jika guncangan lebih besar terjadi dan berulang akan meningkatkan kerusakan dan berisiko bagi keselamatan penghuninya.

Baca Juga: Gempa Swarm di Banyubiru Mereda, Masyarakat Diminta Tetap Waspada

Bangunan-bangunan yang mengalami kerusakan ringan dampak gempa swarm harus dilakukan penguatan (retrofitting) mengingat di wilayah Banyubiru, Ambarawa, Salatiga terdapat jalur sesar aktif, seperti Sesar Merapi Merbabu, Sesar Rawapening, Sesar Ungaran, dan sesar lain yang belum teridentifikasi dan dapat memicu gempa suatu saat nanti.

Selain itu, gempa swarm juga bisa meningkatkan risiko longsor. Karenanya ia mengimbau warga agar mewaspadai lereng tebing saat terjadi aktivitas swarm, karena swarm yang terus terjadi dapat mengganggu kestabilan lereng hingga mudah longsor.

"Dampak swarm bukan saja melemahkan struktur bangunan yang sudah lemah, tetapi juga dapat memicu terjadinya longsoran (landslide) dan runtuhan batu (rockfall) di wilayah perbukitan, sehingga selama masa aktivitas swarm, untuk sementara waktu tidak melakukan pendakian," beber dia.

"Jika tidak sangat penting lebih baik menghindari jalan bertebing terjal dan berbatu," tutup Daryono.

Sebelumnya Daryono mengatakan aktivitas gempa swarm pascagempa magnitudo 3,0 yang terjadi di Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya pada Sabtu (23/10/2021) mulai menurun.

Baca Juga: Gempa Bumi Terjadi di Jateng, BMKG Minta Warga Tidak Panik: Masih Normal

Total aktivitas gempa swarm yang terjadi pascagempa magnitudo 3,0 di kawasan Jateng itu telah mencapai 36 kali.

Ditinjau magnitudonya, aktivitas gempa swarm Banyubiru, Ambarawa dan sekitarnya didominasi oleh aktivitas gempa kecil dengan magnitudo kurang dari 3,0 sebanyak 30 kali dengan magnitudo terkecil 2,1. Sedangkan gempa dengan magnitudo di atas 3,0 terjadi enam kali dengan magnitudo terbesar 3,5.

Selain kedalaman hiposenter gempanya yang sangat dangkal, efek tanah lunak setempat (loca site effect) di zona swarm Banyubiru, Ambarawa Salatiga dan sekitarnya dapat menyebabkan terjadinya resonansi gelombang gempa, sehingga guncangan gempa kecil terasa lebih kuat oleh warga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI