Suara.com - Pandemi Covid-19 berdampak pada perkembangan bisnis UMKM di Indonesia. Tidak semua pelaku UMKM memiliki strategi kuat untuk bertahan di era pandemi.
Menurut Bima Laga, Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia, sebanyak 62,6 persen pemilik UMKM dapat bertahan lebih dari satu tahun atau di atas Maret 2021 selama pandemi, terhitung sejak Maret 2020.
"Dalam data KataData Insight Center, meskipun banyak pelaku bisnis yang berhasil bertahan, tetapi lebih dari 30 persen pelaku usaha mengaku mengalami penurunan omzet akibat pandemi," kata Bima, dalam acara virtual keamanan siber untuk UMKM pada Selasa (26/10/2021).
Walau begitu, menariknya sebanyak 11,2 persen pelaku usaha mengaku bisnisnya tidak terdampak Covid-10 dan sebanyak 5,9 persen terdampak negatif.
Baca Juga: Google Buka Lowongan Kerja di Indonesia, Ini Daftar Pekerjaan yang Dicari
Beberapa pelaku UMKM yang menjadi responden juga mengatakan mencoba menjual usahanya melalui toko fisik milik sendiri dan media sosial.
Menurut Bima, event penting seperti Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pun memberikan peran penting bagi pelaku UMKM selama pandemi.
Pola konsumsi online mulai bergerak ke masa sebelum pandemi dengan peningkatan 28 persen dari 2019, di mana 22 persen mencakup produk lokal.
Bima menambahkan sebanyak 70,5 persen transaksi Harbolnas mengalami kenaikan selama 2018-2020. Diprediksi ekonomi digital Indonesia pada 2025 mencapai 125 miliar dolar AS.
Transformasi dan optimasi UMKM menjadi digital juga menjadi upaya untuk memperluas jangkauan pasar dan pemulihan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Syarat Lengkap dan Cara Mengajukan Izin P-IRT, Biar Tidak Diancam Denda!