Lubang Besar Ditemukan di Es Terakhir Kutub Utara

Rabu, 20 Oktober 2021 | 08:26 WIB
Lubang Besar Ditemukan di Es Terakhir Kutub Utara
Global warming di Arktik, Kutub Utara. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi baru menemukan sebuah lubang besar terbuka di es tertua dan paling tebal di Kutub Utara pada Mei 2020.

Para ilmuwan sebelumnya mengira bahwa area es ini merupakan yang paling stabil di Arktik, tetapi lubang raksasa menandakan bahwa es purba rentan mencair.

Area perairan terbuka atau polynya adalah lubang yang pertama kali diamati di utara Pulau Ellesmere.
Namun dalam laporan tentang lubang di es, para peneliti menyimpulkan dari data satelit lama bahwa polynya serupa mungkin telah terbuka pada 1988 dan 2004.

Polynya adalah retakan di es laut yang sering terbuka saat badai, ketika angin menggerakkan es.
Ada badai kuat yang terjadi di utara Pulau Ellesmere pada Mei 2020 dan citra satelit menunjukkan bahwa retakan itu terbentuk pada 14 Mei.

Baca Juga: Gawat! Beruang Kutub Diprediksi Punah Akhir Abad Ini

Kemudian pada 15 Mei, retakan semakin melebar dengan panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer.

"Es di utara Pulau Ellesmere sulit untuk berpindah atau mencair karena tidak hanya tebal, tetapi juga cukup banyak," kata Kent Moore, peneliti Arktik di University of Toronto-Mississauga.

Lubang es di Kutub Utara. [Agu.org]
Lubang es di Kutub Utara. [Agu.org]

Jadi, dia menambahkan, secara umum kita belum pernah melihat bentuk polynya di wilayah itu sebelumnya.

Es laut di lepas pantai utara Pulau Ellesmere biasanya memiliki ketebalan lebih dari empat meter dan usia rata-rata lima tahun.

Tetapi, es terakhir Kutub Utara ini terbukti rentan terhadap pemanasan cepat yang terjadi di garis lintang utara.

Pada musim panas 2020, Laut Wandel atau bagian timur wilayah es terakhir, kehilangan setengah dari es di atasnya.

Baca Juga: Pertama Kali, Kusta Kera Ditemukan pada Simpanse Liar

Sekarang, para peneliti mengatakan bahwa area es terakhir dapat mencair sepenuhnya setiap musim panas pada akhir abad ini.

Hal ini menjadi ancaman bagi hewan yang bergantung pada es laut sepanjang tahun, seperti beruang kutub.

Dilansir dari Live Science, Rabu (20/10/2021), di masa depan, polynya mungkin lebih sering terbuka saat es terakhir Arktik mencair.

Dalam jangka pendek, area terbuka ini dapat menjadi oasis bagi kehidupan, di mana sinar Matahari menyinari air laut, memungkinkan lebih banyak fotosintesis alga, yang menarik ikan dan krustasea. Namun, ledakan kehidupan ini hanya sementara.

Menurut para ahli, dalam jangka panjang, saat es mencair dan bergerak ke lepas pantai, spesies hewan seperti walrus dan burung laut kehilangan akses.

Lubang es di Kutub Utara. [Agu.org]
Lubang es di Kutub Utara. [Agu.org]

Pada akhirnya, suhu akan menjadi sangat hangat dan spesies tidak dapat bertahan hidup.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI