Suara.com - Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer Pluto sedang mengalami transformasi aneh karena semakin lama mulai menghilang.
Menggunakan pengamatan dari teleskop di beberapa lokasi di Amerika Serikat dan Meksiko, tim peneliti mengamati Pluto dan atmosfer tipisnya, yang terutama terbuat dari nitrogen, seperti yang ada di Bumi.
Para ahli menemukan jika es memanas di Pluto, itu dapat mengubah kepadatan atmosfernya.
Selama sekitar 25 tahun, Pluto telah bergerak semakin jauh dari Matahari, sehingga suhu permukaannya menurun.
Baca Juga: Obati Leukemia, Ilmuwan Israel Gabungkan Biologi dan Kecerdasan Buatan
Ditambah dengan pengamatan terbaru, para ilmuwan menemukan bukti yang menunjukkan bahwa atmosfer Pluto sebenarnya membeku kembali ke permukaannya saat planet kerdil itu semakin dingin.
Pluto terletak sangat jauh dari Matahari, sehingga seiring berjalannya waktu, Pluto akan menjadi lebih dingin dan semakin jauh sebelum mendekati Matahari di wilayah lain dari orbitnya.
Berkat fenomena yang dikenal sebagai inersia termal, tekanan permukaan dan kerapatan atmosfer Pluto terus meningkat hingga 2018.
Pada dasarnya, Pluto memiliki sisa panas sejak dekat dengan Matahari.
Namun, inersia mulai berkurang dan ketika Pluto semakin dingin, maka semakin banyak atmosfernya yang membeku kembali ke permukaannya dan menghilang.
Baca Juga: Ilmuwan Ungkap bahwa Keluyuran Naik Motor Bisa Menyehatkan Mental, Apa Sebab?
"Persistensi atmosfer Pluto yang berkelanjutan menunjukkan bahwa reservoir es nitrogen di permukaan Pluto tetap hangat oleh panas yang tersimpan di bawah permukaan," kata Leslie Young, ilmuwan dari Southwest Research Institute (SwRI).
Namun, dia menambahkan, data baru menunjukkan bahwa itu mulai mendingin.
Dilansir dari Live Science, Selasa (12/10/2021), para peneliti dapat melakukan pengamatan terhadap Pluto dan atmosfernya berkat cahaya latar bintang.
Saat mengamati Pluto ketika melintas di depan bintang, tim melihat "kilatan pusat" di tengah jalur bayangan planet kerdil.
Kilatan, yang disebabkan oleh atmosfer Pluto yang membiaskan cahaya ke pusat bayangan, mengubah kurva cahaya yang biasanya terjadi selama okultasi dari bentuk U menjadi bentuk W.
Para ahli telah mendiskusikan temuan ini di Pertemuan Tahunan American Astronomical Society Division for Planetary Sciences ke-53.