Suara.com - Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer Pluto sedang mengalami transformasi aneh karena semakin lama mulai menghilang.
Menggunakan pengamatan dari teleskop di beberapa lokasi di Amerika Serikat dan Meksiko, tim peneliti mengamati Pluto dan atmosfer tipisnya, yang terutama terbuat dari nitrogen, seperti yang ada di Bumi.
Para ahli menemukan jika es memanas di Pluto, itu dapat mengubah kepadatan atmosfernya.
Selama sekitar 25 tahun, Pluto telah bergerak semakin jauh dari Matahari, sehingga suhu permukaannya menurun.
Ditambah dengan pengamatan terbaru, para ilmuwan menemukan bukti yang menunjukkan bahwa atmosfer Pluto sebenarnya membeku kembali ke permukaannya saat planet kerdil itu semakin dingin.
Pluto terletak sangat jauh dari Matahari, sehingga seiring berjalannya waktu, Pluto akan menjadi lebih dingin dan semakin jauh sebelum mendekati Matahari di wilayah lain dari orbitnya.
![Ilustrasi Planet Pluto. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/07/26/28200-planet-pluto.jpg)
Berkat fenomena yang dikenal sebagai inersia termal, tekanan permukaan dan kerapatan atmosfer Pluto terus meningkat hingga 2018.
Pada dasarnya, Pluto memiliki sisa panas sejak dekat dengan Matahari.
Namun, inersia mulai berkurang dan ketika Pluto semakin dingin, maka semakin banyak atmosfernya yang membeku kembali ke permukaannya dan menghilang.
Baca Juga: Obati Leukemia, Ilmuwan Israel Gabungkan Biologi dan Kecerdasan Buatan
"Persistensi atmosfer Pluto yang berkelanjutan menunjukkan bahwa reservoir es nitrogen di permukaan Pluto tetap hangat oleh panas yang tersimpan di bawah permukaan," kata Leslie Young, ilmuwan dari Southwest Research Institute (SwRI).