Perlengkapan Meramal, Cermin dari Abad ke-16 Ini Dikonfirmasi Berasal dari Aztec

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 07 Oktober 2021 | 09:07 WIB
Perlengkapan Meramal, Cermin dari Abad ke-16 Ini Dikonfirmasi Berasal dari Aztec
Cermin kuno, perlengkapan meramal millik John Dee. [Gizmodo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan menemukan cermin tangan obsidian yang pernah dimiliki oleh polymath Renaisans John Dee, berasal dari Aztec.

Hal ini menegaskan misteri lama soal John Dee yang lahir pada 1527.

Pemikir Renaisans tertarik pada segala macam hal, mulai dari matematika, geometri, dan astronomi hingga astrologi, alkimia, dan okultisme.

Ini adalah pra-Eropa Pencerahan, saat para pemikir memberi kepercayaan pada segala macam ide yang sekarang tampak agak aneh.

Baca Juga: Proyek Tol Solo-Jogja Tak Berani Menggusur, Yoni di Klaten Ternyata Simbol Seks

John Dee adalah penasihat ilmiah untuk Ratu Elizabeth I dari 1550 hingga 1570, tetapi minatnya terus mengarah pada hal-hal supernatural.

Pada tahun 1580-an, John Dee secara aktif melakukan scrying atau melakukan ramalan, untuk memprediksi masa depan.

John Dee. [Wikipedia]
John Dee. [Wikipedia]

Alat-alatnya termasuk kristal dan beberapa cermin, salah satunya adalah cermin genggam yang terbuat dari obsidian.

Sejarawan telah menduga bahwa cermin hitam mencolok ini berasal dari Aztec, tetapi tidak ada catatan yang menunjukkan bagaimana John Dee mendapatkannya.

Penelitian terbaru yang diterbitkan di Antiquity sekarang menjernihkan masalah ini, menegaskan asal usul cermin berasal dari Aztec.

Baca Juga: Artefak Kuno Milik Irak Ditemukan di Norwegia, Diduga Berasal dari Zaman Mesopotamia

Makalah ini memberikan wawasan baru tentang budaya Renaisans dan hubungan orang Eropa dengan bahan-bahan asing yang dibawa selama periode kolonial.

Arkeolog Stuart Campbell dari University of Manchester dan rekan Elizabeth Healey, Yaroslav Kuzmin, dan Michael Glascock menentukan komposisi dan sumber geografis artefak melalui analisis geokimia, khususnya fluoresensi sinar-X.

Dilansir laman Gizmodo, Kamis (7/10/2021), cermin obsidian dibombardir dengan sinar-X, hingga mengeluarkan sejumlah radiasi yang terukur (fluoresensi).

Elemen yang berbeda dalam obsidian menghasilkan berbagai jenis fluoresensi, memungkinkan tim mengukur komposisi kimianya, yang pada gilirannya menciptakan semacam sidik jari kimia untuk objek tersebut.

"Hal yang baik tentang melakukannya dengan obsidian adalah bahwa obsidian hanya ditemukan di sejumlah gunung berapi di seluruh dunia, jadi ada cukup sedikit sumber potensial dan kami sebagian besar mengetahui komposisinya," jelas Campbell.

“Jadi itu hanya menjadi kasus pencocokan profil kimia objek dengan profil kimia dari semua sumber obsidian potensial.”

Dalam hal ini, sidik jari kimia dari cermin John Dee sangat cocok dengan profil obsidian Meksiko, khususnya obsidian dari Pachuca, dimana merupakan sumber obsidian Aztec.

Ilustrasi peninggalan suku Aztec. [Shutterstock]
Ilustrasi peninggalan suku Aztec. [Shutterstock]

Selain peninggalan ini, tim menganalisis dua cermin Aztec lain yang diduga dan lempengan obsidian persegi panjang yang dipoles, ketiganya juga ditemukan berasal dari Meksiko.

“Kami juga dapat menggunakan studi sebelumnya tentang cermin obsidian Aztec dan, sebagai bagian dari penelitian ini, kami membuat katalog baru cermin serupa yang dikenal di koleksi museum,” kata Campbell.

“Saat ini kami mengetahui 18 cermin jenis ini dan, meskipun ada beberapa variasi, jelas bahwa cermin John Dee sangat cocok dengan kelompok ini.”

Ketertarikan Eropa pada cermin-cermin ini mungkin merupakan cerminan bagaimana suku Aztec menggunakannya.

Dipoles oleh guano kelelawar, itu adalah benda spiritual yang digunakan untuk penyembuhan, perlindungan terhadap roh jahat, dan untuk menangkap jiwa.

Seni Aztec menggambarkan dewa Tezcatlipoca, yang namanya diterjemahkan menjadi "cermin merokok", mengenakan cermin obsidian melingkar.

Digunakan sebagai "media dan simbol wahyu, firasat, dan kekuatan," menurut penelitian tersebut.

Cermin-cermin ini kemungkinan besar memberi kesan besar pada penjajah Eropa, yang mengirimnya pulang sebagai barang berharga.

John Dee, dengan minatnya pada penaklukan Spanyol di Amerika, kemungkinan mendengar cerita tentang cermin obsidian ini, yang mungkin membuatnya menginginkannya untuk dirinya sendiri.

Campbell mengatakan penelitian ini "membantu kita memahami sesuatu tentang cara penjelajahan Eropa dalam penemuan dan keterlibatan dengan bagian lain dunia.

Cermin kuno, perlengkapan meramal millik John Dee. [Gizmodo]
Cermin kuno, perlengkapan meramal millik John Dee. [Gizmodo]

Artefak-artefak baru ini sering masuk ke dalam koleksi para bangsawan dan ahli, baik sebagai keingintahuan atau barang-barang yang dapat membantu para ilmuwan seperti John Dee untuk memahami dunia dengan cara baru.

Dirinya berusaha memahami bagaimana dunia bekerja dan berpikir John Dee bisa melakukan itu melalui pencarian makna tersembunyi.

Artefak baru dan eksotis yang muncul di Eropa pada abad ke-16 adalah salah satu alat yang bisa dia gunakan.

Bagi John Dee, obsesinya pada okultisme dan supranatural tidak pernah membuatnya terlalu jauh.

John Duo sering melakukan sihir di depan bangsawan, tetapi akhirnya jatuh miskin.

Dia kembali ke Inggris hanya untuk menemukan bahwa perpustakaan bukunya yang luas telah dirusak dan instrumen ilmiahnya dicuri.

Orang Inggris juga menjadi kurang toleran terhadap praktik okultismenya, sehingga sulit baginya untuk mencari nafkah. Dia meninggal dalam kemiskinan pada usia 81 tahun.

Makam John Dee tidak pernah diketahui, tetapi sebuah plakat peringatan dipasang pada 2013 di dalam gereja St. Mary the Virgin of Mortlake.

Ilustrasi ilmu sihir [shutterstock]
Ilustrasi ilmu sihir [shutterstock]

Adapun cermin obsidian, akhirnya jatuh ke tangan penulis dan politisi Inggris Horace Walpole. Relik tersebut saat ini disimpan di British Museum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI