Gawat, Bumi Makin Redup Akibat Perubahan Iklim

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 05 Oktober 2021 | 16:28 WIB
Gawat, Bumi Makin Redup Akibat Perubahan Iklim
Foto Bumi dari Merkurius diambil oleh BepiColombo. (ESA)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bumi semakin redup seiring dengan kian parahnya perubahan iklim, demikian hasil penelitian terbaru yang terbit di jurnal Geophyisical Research Letters.

Studi ini secara khusus meneliti tentang cahaya Bumi atau earthshine, yang tak lain adalah cahaya yang dipancarkan Bumi ke permukaan sisi gelap Bulan.

Dalam studi ini para ilmuwan menggunakan data dari Observatorium Big Bear Solar di California Selatan. Para peneliti di sana telah mempelajari earthshine sejak 1998. Data yang dianalisis sampai 2017 saja.

Selain itu, para peneliti juga menggunakan data dari proyek Clouds and the Earth's Radiant Energy System (CERES) milik badan antariksa Amerika Serikat (NASA) yang digelar sejak 1997.

Baca Juga: Selain Pandemi Covid-19, Masyarakat Dunia Juga Menderita Karena Perubahan Iklim

CERES memperoleh data dari sejumlah besar perangkat dan sensor yang ditanam pada satelit-satelit milik NASA serta NOAA, badan pemantau iklim dan atmosfer AS.

Dua kelompok data itu dianalisis untuk mengetahui apakah ada perubahan pada cahaya Bumi dan jika ada, seberapa besar perubahan itu, demikian diwartakan Live Science akhir pekan lalu.

Hasilnya ditemukan bahwa, selama lebih dari 20 tahun, jumlah cahaya yang dipancarkan Bumi turun sekitar 0,5 persen. Jumlah ini setara dengan 0,5 watt cahaya per meter persegi.

Sebagian besar perubahan itu terlacak pada tiga tahun terakhir, sampai 2017. Sementara dari data-data CERES, yang dikumpulkan hingga 2019, ditemukan bahwa cahaya Bumi berkurang sangat jauh.

Untuk lebih memastikan, para ilmuwan juga meneliti perubahan cahaya Matahari. Mereka menemukan bahwa selama dua dekade, tidak ada pengaruh berarti dari aktivitas Matahari terhadap meredupnya cahaya Bumi.

Baca Juga: Greta Thunberg Sindir Pemimpin Dunia soal Perubahan Iklim

Karenanya para ilmuwan yakin bahwa redupnya cahaya Bumi pasti berasal dari faktor internal Planet Biru.

Bumi, sebagai planet, tak menghasilkan cahaya sendiri tetapi hanya memantulkan sinar Matahari. Meski demikian, struktur-struktur di Bumi berbeda-beda dalam memantulkan sinar Mentari.

Laut sangat sedikit memantulkan cahaya Matahari, sementara daratan memantulkan cahaya dua kali lebih banyak dari lautan. Sementara awan memantulkan sekitar separuh cahaya Matahari yang diterimanya. Es dan salju memantulkan sebagian besar cahaya yang menghantam mereka.

Berdasarkan data-data CERES, diketahui bahwa redupnya Bumi karena berkurangnya awan yang memantulkan cahaya Matahari. Mereka melihat bahwa awan-awan rendah dan terang yang tadinya banyak terdapat di sebelah timur Samudra Pasifik, kini telah hilang.

Di lokasi yang sama, para ilmuwan mendeteksi meningkatnya suhu di permukaan laut. Naiknya suhu diakibatkan karena kini lebih banyak sinar Matahari yang terperangkap di Bumi ketimbang yang dipantulkan kembali ke luar angkasa.

Semakin panasnya Bumi karena terus berkurangnya awan akan memiliki implikasi serius pada krisis iklim akibat ulah manusia. [Kathy Puteri Utomo]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI