Suara.com - Aplikasi TikTok menunjukkan komitmen mereka terhadap menciptakan platform yang aman dan nyaman.
Dibuatlah buku panduan keamanan digital ini dengan menggandeng Siberkreasi, bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
"Buku Panduan Keamanan Digital untuk Guru", dibuat Tiktok untuk para guru di seluruh Indonesia agar dapat membimbing siswa menggunakan platform digital.
Melihat keadaan di Indonesia yang masih dalam pandemi Covid-19, TikTok berupaya melakukan kampanye literasi digital.
Baca Juga: Dibela-belain Kerja Keras Tiap Hari, Istri Sedih Suaminya Transfer Uang ke Cewek-cewek
Perubahan gaya hidup yang terjadi saat ini membuat berbagai pihak kesulitan dalam menjalankan kesehariannya.
“Sepanjang pandemi kita sama-sama menyadari bahwa terjadi perubahan perilaku, kebiasaan dari seluruh penduduk Indonesia bahkan dunia," ucap Faris Mufid, Public Policy & Government Relations TikTok Indonesia, Selasa (5/10/2021).
Seperti diketahui, dia menambahkan, dulunya belajar, bekerja langsung dari kantor dan sekarang saat pandemi kondisi itu tidak memungkinkan dan akhirnya semua orang shifting ke online.
Tiktok melihat bahwa sampai saat ini masih banyak murid-murid sekolah dan mahasiswa belajar secara online.
Namun, melihat bahwa guru juga mengalami banyak kesulitan dalam perubahan yang terjadi, maka TikTok merilis buku panduan.
Baca Juga: Viral Tenda Pernikahan Super Luas Tutup Jalan di Kampung, Netizen Melongo dengan Isinya
“Tenaga pengajar dan siswa-siswa di sekolah akhirnya harus membiasakan diri beradaptasi dengan kebiasaan baru," kata Farid.
Menurutnya, tidak hanya siswa yang mengalami kendala, semenjak pandemi banyak upaya-upaya stakeholder untuk membantu siswa beradaptasi tetapi guru juga perlu beradaptasi.
Diharapkan dengan adanya buku Panduan Keamanan Digital Untuk Guru, para guru di Indonesia dapat membimbing pelajar lebih bijak dalam menggunakan platform digital.
Adanya kasus yang didapatkan Ira Mirawati, pendiri dari Sobatmu, dimana masih banyak perempuan pelajar yang tidak bijak dalam menggunakan platform digital.
Adanya kasus dimana penyebaran foto vulgar lalu juga adanya bullying yang dilakukan lewat kolom komentar.
“Hampir setiap satu tahun, kita ada beberapa kasus yang masuk. Banyaknya itu putri (remaja), kebiasaan mengirim PAP, post a picture," ujarnya.
Menurut dia, ini mungkin bukan di media sosial tapi di aplikasi percakapan jadi kalo mereka punya pacar dan mereka minta PAP, mereka mengirim.
"Beberapa kasus, foto yang dikirim sudah masuk dalam golongan vulgar. Kalo media sosial untuk remaja tidak banyak kasus over-sharing, tapi paling banyak adalah bullying,” ucap Ira Mirawati, Pendiri Sobatmu dan Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
Sementara itu, Novi Kurnia, selaku Dewan Pengarah Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi dan Koordinator Japelidi, menjabarkan bahwa buku ini menawarkan tiga bagian besar dari privasi dan keamanan, perilaku online positif dan kesejahteraan digital.
"Yang menarik dari saya pelajar dari (buku yang dibuat) Tiktok, bahasanya enak, santai, terjemahan bagus, visualisasi menarik dan yang mau saya tiru (sebagai penulis) buku ini interaktif,” tutupnya. [Kathy Puteri Utomo]