"Alhamdulillah tadi sudah disimulasikan rute atau jalur untuk evakuasi. Intinya, bagaimana kita memetakan, memitigasi agar masyarakat nanti berada pada jalur yang tepat, termasuk pemanfaatan gedung-gedung yang tinggi seperti Politeknik Negeri Cilacap karena kemungkinan di Politeknik itu ketinggian gelombangnya maksimal masih 3 meter, jadi yang bisa dimanfaatkan (untuk evakuasi) di lantai tiga dan empat," katanya menjelaskan.
Menurut dia, simulasi dan penyusuran jalur evakuasi tersebut dilakukan bukan didasari oleh harapan tsunami itu terjadi melainkan bagian dari kesiapsiagaan masyarakat jika bencana tersebut benar-benar terjadi.
Terkait dengan sirine EWS tsunami yang rusak, dia mengatakan suku cadang perangkat yang sebelumnya hibah dan saat sekarang dikelola Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat itu susah sekali diperoleh.
"Akhirnya kalau kita menganggarkan (untuk perbaikan) mungkin enggak ketemu lagi karena sudah puluhan tahun yang lalu. Saya setuju karena sekarang zamannya teknologi, kalau kita bisa memanfaatkan teknologi, tentunya ini akan lebih mudah," katanya.
Ia mengharapkan sistem informasi peringatan dini tsunami berbasis frekuensi radio maupun aplikasi Sirita yang berbasis Android secara perlahan mampu menggantikan sirine EWS tsunami yang mengalami kerusakan akibat dimakan waktu.