Suara.com - Peneliti klimatologi dari Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin menjelaskan penyebab fenomena cahaya hijau yang muncul di langit di bukitan Menoreh yang ada di wilayah Jawa Tengah.
Menurut Erma, demikia dilansir dari Antara, Senin (4/10/2021), pendar warna kehijauan di langit Menoreh muncul karena adanya gelombang gravitasi atmosfer.
"Langit glowing (berpendar) dicirikan oleh warna kehijauan pada langit di malam hari yang terjadi karena keberadaan gelombang gravitasi atmosfer," kata Erma sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta.
Gelombang gravitasi atmosfer (GGA) adalah gelombang di atmosfer dengan skala planet yang dapat terbentuk karena gangguan di suatu lokasi tertentu di atmosfer, sehingga mengganggu lapisan troposfer di permukaan hingga mesosfer di tingkat paling tinggi.
Menurut dia, gangguan di atmosfer permukaan atau troposfer yang dapat membangkitkan gelombang gravitasi atmosfer adalah aktivitas konvektif yang menghasilkan awan konveksi yang tinggi.
Selain itu, Erma mengemukakan kemungkinan kaitan kemunculan pendar berwarna hijau di langit Menoreh dengan aktivitas badai skala meso yang mengganggu lapisan-lapisan di atmosfer sehingga membentuk gelombang gravitasi atmosfer.
Hasil pengamatan terhadap data dari Satellite-Based Disaster Early Warning System (SADEWA) BRIN menunjukkan bahwa badai skala meso yang kuat dan meluas terbentuk di atas lautan sekitar 200 kilometer dari lokasi, yakni di Selat Karimata, sebelah barat Kalimantan.
Badai skala meso tersebut sepanjang hari bergerak seperti pendulum, terbentuk di Sumatera pada pagi hari lalu menuju timur ke arah Kalimantan dan melintasi laut Tiongkok Selatan hingga sore hari.
Pada malam hari, badai itu bergerak kembali dari Kalimantan menuju ke laut dan menetap di sana hingga tengah malam.
Baca Juga: BRIN Serius Persiapkan Penghentian Reaktor Nuklir Bandung
"Aktivitas badai skala meso yang bergerak bolak-balik seperti pendulum ini kemungkinan yang telah menjadi pengganggu bagi lapisan-lapisan di atmosfer sehingga terbentuklah GGA yang sangat kuat dan penampakannya dapat dilihat di suatu lokasi di Jawa Tengah," kata Erma.