Suara.com - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) mampu memprediksi kapan hujan turun dalam dua jam ke depan.
Hal ini diungkap oleh para peneliti di lab AI London milik Google, DeepMind, dan University of Exeter. Mereka bermitra dengan Met Office untuk meneliti sistem AI tersebut.
Sebagaimana diwartakan BBC, Minggu (3/10/2021), sistem AI dapat memprediksi jangka pendek hujan lebih akurat, termasuk untuk badai dan banjir besar.
Dibandingkan dengan metode tradisional yang dilakukan saat ini, fenomena turun hujan hanya bisa diperkirakan antara rentang enam jam dan dua minggu.
Baca Juga: Film No Time to Die: New Land Rover Defender dan Aston Martin DB5 Tampil Seru
Perubahan iklim membuat lebih sulit untuk mengantisipasi kondisi cuaca buruk, karena frekuensi dan tingkat keparahan hujan lebat meningkat. Menurut peneliti, frekuensi dan dampak hujan akan berdampak pada kerusakan material yang signifikan hingga kematian.
"Cuaca ekstrem memiliki konsekuensi bencana, termasuk hilangnya nyawa. Seperti yang ditunjukkan oleh efek perubahan iklim, peristiwa ini akan menjadi lebih umum," kata Kepala Partnership dan Inovasi Produk Met Office, Niall Robinson.
"Dengan demikian, prakiraan cuaca jangka pendek yang lebih baik dapat membantu orang tetap aman dan berkembang," tambahnya.
Sistem AI ini mengidentifikasi pola umum curah hujan menggunakan peta radar Inggris dari 2016 hingga 2018. Kemudian penelitian ini diuji pada peta dari 2019 oleh 50 ahli meteorologi dari Met Office.
Hasilnya, sistem AI bisa memprediksi akurat pada 89 persen kasus curah hujan.
Baca Juga: Best 5 Oto: Genesis GV60 Pairing dengan Samsung, Mobil Cristiano Ronaldo Mejeng di SPBU
Ilmuwan Senior DeepMind, Shakir Mohamed mengatakan, penelitian ini memang masih sangat awal. Namun uji coba menunjukkan bahwa AI bisa menjadi alat yang ampuh.
Mohamed melanjutkan, teknologi AI memungkinkan peramal cuaca menghabiskan lebih sedikit waktu untuk menelusuri tumpukan data prediksi yang terus bertambah. Mereka juga bisa lebih fokus untuk meningkatkan pemahaman terkait perkiraan cuaca.
"Ini akan menjadi bagian integral untuk mengurangi dampak buruk dari perubahan iklim, mendukung adaptasi terhadap perubahan pola cuaca, dan berpotensi menyelamatkan nyawa manusia," jelas Mohamed.