Suara.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati ingin membawa lembaga yang dipimpinnya menjadi organisasi kelas dunia, setelah bekerjasama dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
Harapan itu disampaikan Dwikorita saat gelaran 16th Annual Indonesia – U.S. BMKG - National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Partnership Workshop.
“Salah satu prioritas kami yaitu menjadikan BMKG sebagai organisasi kelas dunia,” kata Dwikorita dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (30/9/2021).
Melalui kerja sama tersebut, Dwikorita ingin BMKG bisa sejajar dengan pusat iklim global lainnya. Dwikorita mengatakan, harapan ini muncul karena Indonesia berada di kolam hangat Samudra Hindia dan Pasifik Barat. Dengan posisi ini, Indonesia memainkan peran penting dalam pemantauan cuaca dan iklim global.
“Sebagai negara kepulauan, persebaran daratan-laut dan topografi yang kompleks membuat prediksi bencana menjadi tantangan bagi Indonesia,” ucap dia.
Dwikorita mengatakan, prediksi cuaca ekstrem dengan siklus diurnal, sistem cuaca sinoptik, Osilasi Madden-Julian (MJO), El Nino, dan monsun memberi manfaat bagi kesejahteraan sosial ekonomi Indonesia.
Selain cuaca ekstrem, lanjut dia, Indonesia juga merupakan kawasan rawan gempa. Posisi Indonesia di perbatasan tiga lempeng tektonik utama dunia, diantaranya, India-Australia, Eurasia, dan Pasifik. “Oleh karena itu, negara kita juga sangat rawan terhadap kejadian tsunami,” ucap dia.
Dwikorita berharap, sebagai bagian dari komunitas cuaca dan iklim global, BMKG memiliki sejarah panjang dalam berkontribusi pada program terkoordinasi di seluruh dunia.
"Kolaborasi dengan NOAA adalah salah satu cara, kami memainkan peran ini,” ujar dia.
Baca Juga: NOAA Catatkan Juli Terpanas dalam Sejarah, Wilayah Ini Nomor 1
Dwikorita menyebut, bahwa BMKG selalu berusaha untuk melibatkan diri dalam berbagai proyek ini sebagai komitmen untuk memajukan pengetahuan di iklim tropis.