Suara.com - Merger Indosat dan Tri dinilai menjadi salah satu lompatan besar bagi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang siap menjalankan ekonomi digital, karena akan lebih mudah mengembangkan infrastruktur layanan 5G di Tanah Air.
“Penggabungan bisnis antarperusahaan telekomunikasi seperti Indosat dan Tri, dapat mempercepat pembangunan infrastruktur 5G dalam mendorong Indonesia menjadi negara digital,” kata Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi, di Jakarta, Senin (27/9/2021).
Menurut Ridwan, merger Indosat dan Tri sejatinya membentuk sebuah perusahaan yang memiliki skala yang lebih besar, dari sisi kekuatan finansial dan keahlian untuk mendorong inovasi, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan memiliki posisi yang lebih baik untuk 5G
“Ini langkah strategis yang menyatukan bisnis yang sangat saling melengkapi untuk menciptakan perusahaan telekomunikasi dan internet digital kelas dunia baru untuk Indonesia. Untuk menjalan ekonomi digital, Indonesia harus mengadopsi teknologi dan aplikasi digital yang lebih baik sesegera mungkin,” katanya.
Baca Juga: Cara Transfer Pulsa Telkomsel, Indosat dan XL
Menurut catatan Kementerian Keuangan, ekonomi digital Indonesia diprediksi tumbuh hingga delapan kali lipat pada 2030 dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun. E-commerce akan memerankan peran yang sangat besar, yaitu 34 persen atau setara dengan Rp1.900 triliun.
Untuk mengoptimalkan potensi ekonomi digital tersebut, terdapat terdapat sejumlah hal yang harus ditingkatkan, antara lain infrastruktur telekomunikasi serta perlindungan konsumen digital.
Ridwan menjelaskan, dengan kekuatan finansial yang lebih besar maka Indosat-Tri memiliki kesempatan yang lebih besar untuk membangun tidak hanya infrastruktur tetapi juga bisa melakukan transformasi digital yang lebih luas.
Operator telekomunikasi, katanya, tidak bisa lagi hanya berbisnis jaringan saja, harus cepat-cepat melakukan transformasi bisnis.
“Kalau hanya bermain pada jaringan maka pendapatan perusahaan akan semakin mengecil, karena bisnis digital hanya akan dinikmati perusahaan asing penyedia layanan over the top (OTT) atau bisnis layanan digital dengan konten berupa data, informasi atau multimedia yang berjalan melalui jaringan internet,” katanya.
Baca Juga: Jaringan Internet akan Mati Total 24 September 2021, Ini Faktanya
Dari sisi kemampuan, Indosat yang dibackup Qatar dan Hutchison memang bukan pemain utama dalam industri telekomunikasi dunia, tapi dari sisi permodalan memberikan kepastian investasi dalam pengembangan layanan.
“Sesuai dengan pengalamannya, Indosat memiliki kesempatan untuk menyediakan konten-konten yang berkualitas bukan hanya hiburan, tetapi juga konten yang dapat mendorong ekonomi digital seperti aplikasi pengembangan UMKM, aplikasi kesehatan maupun pendidikan,” katanya.
Dalam mengembangkan layanan 5G, Ridwan menambahkan bahwa Indosat-Tri sangat siap karena memiliki frekuensi yang sangat cukup. Dari sisi spektrum frekuensi, penggabungan Indosat dan tri menggenggam frekuensi sebesar 72,5 MHz terdiri atas frekuensi 900 MHz (2 X 12,5), frekuensi 1800 MHz (2 X 20, 2 X 10), dan frekuensi 2100 MHz (4 X 15).
“Ini menjadi modal yang memadai bagi Indosat-Tri untuk mengelola jumlah pelanggannya dan potensi penambahan jumlah pelanggan baru, serta layanan-layanan atau aplikasi digital yang dikeluarkan entitas baru tersebut,” kata Ridwan. [Antara]