Suara.com - Proses transaksi uang digital tumbuh begitu cepat selama pandemi, dilihat Kaspersky penting bagi sektor keuangan untuk mengintegrasikan keamanan dan meningkatkan kemampuan intelijen ancaman mereka.
“Bagi sebagian besar penjahat dunia maya, meperoleh uang dengan mudah adalah motivasi utama. Dan sektor keuangan diposisikan secara unik untuk menjadi target serangan terlepas dari tren yang ada," kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.
Menurutnya, pertumbuhan layanan keuangan digital di Indonesia, seperti di wilayah lainnya, menciptakan risiko baru nan tinggi bagi pengguna dan penyedia layanan.
"Dalam hal ini, teknologi akan berperan menjadi game changer,” ujar dia.
Baca Juga: Transaksi Digital Indonesia 61,8% di Agustus 2021, Pasar Makin Ramah Teknologi
Dengan pembatasan sosial dan peningkatan pengaturan kerja jarak jauh, tidak semua bank siap menangani ancaman dunia maya.
Pembatasan sosial juga menyebabkan penggunaan pembayaran digital dan platform uang elektronik meroket dalam waktu singkat.
Kemampuan teknologi dan model operasi yang dibangun untuk melanjutkan operasional perbankan, dianggap sebagai bagian penting dalam memastikan kelangsungan bisnis, mempertahankan kontrol dan penyesuaian, serta meningkatkan kinerja meskipun di saat masa penguncian.
Bank yang tertinggal dalam upaya transformasi digital juga menyadari perlunya mempercepat perjalanan digitalisasi mereka.
Menurutnya, berinvestasi dalam solusi paling cerdas sangat penting karena mereka membangun pertahanan siber untuk melindungi pelanggan dan bisnis secara lebih baik.
"Dari sudut pandang keamanan siber, intelijen ancaman adalah kerangka kerja khusus yang canggih yang dapat memberikan manfaat bagi sektor keuangan secara signifikan,” tambah Yeo dalam jumpa pers virtual, Kamis (23/9/2021).
Baca Juga: Pengenalan Teknologi Baru Jadi Tantangan Utama UMKM di Tengah Pandemi Covid-19
Dalam Laporan IT Security Economics Kaspersky baru-baru ini, ditemukan bahwa intelijen ancaman dianggap sebagai area investasi untuk 41 persen perusahaan dan 39 persen UMKM dalam menanggapi insiden pelanggaran data.
Untuk mengamankan upaya berkelanjutan dalam konektivitas digital, identifikasi, dan infrastruktur pembayaran, kumpulan intelijen ancaman terkini memainkan peran penting dalam mengawasi serangan siber yang kian berkembang baik secara frekuensi dan kompleksitas.
Intelijen ancaman dapat mengidentifikasi dan menganalisis ancaman dunia maya yang menargetkan bisnis. Tetapi intelijen ancaman tidaklah sama dengan data ancaman yang berisikan tentang daftar potensi ancaman.
Intelijen ancaman adalah ketika spesialis TI atau alat canggih "membaca" ancaman dan menganalisisnya, dan menerapkan pengetahuan historis untuk mengetahui apakah ancaman tersebut nyata, dan jika memang demikian, apa tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasinya.
Dari Januari hingga April 2020 saja, rata-rata kejadian harian serangan brute force mengalami peningkatan 24 persen.
Faktanya, bahkan organisasi perawatan kesehatan dan layanan penting lainnya menjadi sasaran kelompok ancaman persisten tingkat lanjut (APT).