Suara.com - Sejak pandemi Covid-19 pada 2020, sebagian besar tenaga kerja global bekerja jarak jauh dan mengakibatkan penurunan tajam polusi udara di seluruh dunia.
Sebuah studi baru menemukan bahwa pekerja yang melakukan telecommuting empat hari seminggu dapat mengurangi tingkat nitrogen dioksida (NO2) sebanyak 10 persen.
Para peneliti di Institut Ilmu dan Teknologi Lingkungan dari Universitat Autònoma de Barcelona (ICTA-UAB) melihat tiga skenario yang berbeda.
Meliputi telecommuting dua, tiga atau empat hari seminggu, dan menemukan bahwa tingkat NO2 akan menurun sebesar 4 persen, 8 persen dan 10 persen, masing-masing.
Jika 40 persen karyawan sektor jasa melakukan telecommuting empat hari seminggu, kadar NO2 tidak hanya akan turun 10 persen, tetapi emisi lalu lintas juga akan turun 15 persen.
Selain itu, lama perjalanan yang dilakukan pekerja yang tersisa untuk sampai ke pekerjaan mereka akan menurun sebesar 37,5 persen.

Dalam dua skenario lainnya, yakni dua hari untuk 20 persen tenaga kerja dan tiga hari untuk 30 persen, emisi lalu lintas akan turun masing-masing sebesar 5 persen dan 10 persen.
Lama perjalanan terkait pekerjaan juga akan menurun masing-masing sebesar 12,5 persen dan 25 persen, sebagaimana melansir Dailymail, Kamis (23/9/2021).
Para peneliti mendasarkan temuan mereka pada data mobilitas dan kualitas udara yang diperoleh di Barcelona selama penguncian Covid-19.
Baca Juga: Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sedunia, Pakar Ingatkan Dampak Polusi untuk Lingkungan
"Kami mengusulkan agar kerja jarak jauh diprioritaskan dan dipromosikan sebagai kontribusi efektif terhadap pengurangan polusi udara perkotaan jangka panjang dan puncak polusi jangka pendek," tulis penulis penelitian.