Suara.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH) Universitas Kyoto di Jepang melanjutkan kolaborasi untuk pengamatan dinamika dan proses di atmosfer di wilayah khatulistiwa dengan menggunakan Radar Atmosfer Khatulistiwa.
"Kami berkomitmen untuk melanjutkan dukungan kami terhadap kolaborasi dengan Universitas Kyoto," kata Pelaksana tugas Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Erna Sri Adiningsih dalam Simposium Internasional Lapan BRIN - Universitas Kyoto tentang Atmosfer Khatulistiwa dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-20 Equatorial Atmosphere Radar di Jakarta, Senin (20/9/2021).
Ia berharap dapat memperluas kolaborasi tidak hanya dengan keterlibatan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa tapi juga semua organisasi riset di bawah BRIN.
Saat ini Radar Atmosfer Khatulistiwa atau Equatorial Atmosphere Radar (EAR) dipasang oleh RISH Universitas Kyoto di Kototabang, Agam, Sumatera Barat.
Baca Juga: BRIN dan Universitas Kyoto Akan Bangun Radar EMU di Agam
Erna menuturkan sejak pengoperasian EAR pada 2001, infrastruktur riset EAR sudah berkontribusi untuk banyak penelitian di bidang sains atmosfer, khususnya untuk memperdalam pemahaman dan pengetahuan tentang dinamika atmosfer di wilayah tropis.
"Kami mengapresiasi dukungan berkelanjutan dari Universitas Kyoto terhadap kegiatan operasi dan pemanfaatan serta hasil keluaran dari operasional EAR di Indonesia," ujarnya.
Erna mengatakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang sekarang berganti nama menjadi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa sejak terintegrasi ke BRIN akan terus mendukung operasi EAR di masa depan.
Ia berharap kolaborasi di masa depan tidak hanya terbatas pada pemanfaatan EAR tapi juga dapat ditingkatkan dengan membentuk dan meningkatkan semua fasilitas riset yang potensial di Indonesia dan juga yang ada di bawah Universitas Kyoto.
"Dengan banyak pencapaian sejak 20 tahun lalu, saya percaya EAR sudah menjadi situs penting yang diingat untuk fasilitas riset di wilayah tropis di dunia," tutur Erna. [Antara]
Baca Juga: BRIN: Radar Atmosfer Khatulistiwa Penting untuk untuk Perkuat Mitigasi Bencana