Suara.com - Laporan terbaru dari Badan Antariksa Eropa (ESA), lubang ozon 2021 di atas Kutub Selatan telah berukuran lebih besar dari Antartika.
Lapisan ozon di atmosfer Bumi berfungsi untuk melindungi planet dari radiasi ultraviolet yang dipancarkan Matahari.
Beberapa dekade lalu, para ilmuwan memperingatkan adanya lubang yang menganggu di lapisan ozon.
Meskipun ada kemajuan dalam menutup kerusakan ozon tersebut, lubang itu terus muncul kembali di Kutub Selatan setiap tahun, mencapai ukuran maksimumnya sekitar September atau Oktober.
Baca Juga: Gagas Lindungi Lingkungan, Pupuk Kaltim Terapkan Prinsip ESG Kurangi Lapisan Ozon
ESA menyebut bahwa lubang ozon tahun ini mirip dengan 2020, yang merupakan salah satu lubang ozon terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Data yang dikumpulkan satelit ESA Copernicus Sentinel-5P menunjukkan, lubang telah melebar dalam dua minggu terakhir.
Sekarang, lebih besar dari 75 persen lubang ozon pada musim yang sama sejak 1979. Ukurannya membuatnya lebih besar dari Antartika.
Sebelumnya pada 1980-an, pemerintah di seluruh dunia setuju untuk menghapus secara bertahap bahan kimia buatan manusia, termasuk beberapa aerosol, yang merusak lapisan ozon.
"Beberapa zat perusak ozon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia tetap berada di tratosfer selama beberapa dekade. Dengan kata lain, pemulihan lapisan ozon adalah proses yang sangat lambat dan panjang," tulis ESA dalam sebuah pernyataan, dikutip CNET, Senin (20/9/2021).
Baca Juga: Gegara Lockdown, Selama Pandemi Covid-19 Lapisan Ozon Dunia Membaik
Lubang ozon masih berada di jalur pemulihan jangka panjang. Pada 2018, NASA memberikan bukti langsung pertama bahwa larangan penggunaan bahan kimia mengarah pada penipisan ozon yang lebih sedikit.
Para ilmuwan memprediksi lubang ozon di Kutub Selatan bisa menutup sekitar 2050.