Jangan Anggap Remeh Laporan Peretasan BIN oleh Hacker China

Senin, 13 September 2021 | 16:39 WIB
Jangan Anggap Remeh Laporan Peretasan BIN oleh Hacker China
Ilustrasi peretas atau hacker (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Alfons Tanujaya selaku Pengamat Keamanan Siber dari Vaksincom menyatakan, pemerintah jangan menganggap remeh soal hacker China yang diduga bobol 10 kementerian dan lembaga pemerintah Indonesia, termasuk Badan Intelijen Negara (BIN).

Ia mengatakan, dugaan ini berpotensi akan mengakibatkan kerugiaan yang sangat besar bagi Indonesia. Sebab, posisi data hari ini sangat menentukan dan bisa memberikan manfaat atau kerugian yang signifikan.

"Jangan menganggap remeh hal ini karena kebocoran informasi akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi Indonesia, karena posisi data hari ini sangat menentukan dan bisa memberikan manfaat atau kerugian yang sangat signifikan jika diolah dengan baik atau bocor," kata Alfons saat dihubungi Suara.com, Senin (13/9/2021).

Ia juga menyorot bahwa pemerintah, khususnya BIN, memang harus membekali diri dengan talenta terbaik yang membentengi dan melindungi kedaulatan siber Indonesia.

Kemudian, ujar Alfons, pemerintah memiliki posisi yang strategis, di mana secara hukum hanya lembaga pemerintah yang memiliki akses atas semua informasi yang keluar dan masuk ke Indonesia.

"Mereka juga yang secara hukum boleh mengelola data yang keluar dan masuk Indonesia," tambahnya.

Lebih lanjut, Alfons menyarankan jika ini dikelola oleh talenta terbaik, maka data yang masuk akan dapat dilindungi demi kepentingan Indonesia.

"Sehingga, seharusnya jika dikelola oleh talenta terbaik, maka data yang masuk ini akan dapat dilindungi demi kepentingan Indonesia," pungkas Alfons.

Sebelumnya diberitakan peretas (hacker) China telah menembus jaringan internal sepuluh kementerian dan lembaga pemerintah Indonesia, termasuk (BIN).

Baca Juga: Mengenal PlugX, Malware yang Diduga untuk Bobol BIN

Penyusupan ini ditemukan oleh Insikt Group, divisi penelitian ancaman Recorded Future. Mereka mengaitkan hal ini dengan Mustang Panda, peretas China yang dikenal dengan spionase siber yang menargetkan kawasan Asia Tenggara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI