Suara.com - Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TReAK) di Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan curah hujan meningkat di Indonesia bagian utara pada September 2021.
"Hujan maksimum September terkonsentrasi di pesisir barat Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian utara dan timur, Sulawesi bagian utara dan timur, serta Papua bagian utara," kata peneliti Klimatologi dalam tim TReAK Erma Yulihastin dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (10/9/2021).
Erma menuturkan hujan maksimum dan merata di seluruh wilayah Indonesia terjadi Desember 2021, sementara pada Januari-Februari 2022 di Indonesia bagian barat cenderung mengalami penurunan.
Kondisi anomali yang lebih basah diprediksi terjadi di Indonesia bagian timur akibat pergerakan konveksi secara zonal dari barat ke timur.
Baca Juga: BRIN: Hujan Persisten Picu Banjir di Kalteng dan Kaltim
Wilayah Indonesia bagian utara kemungkinan besar sudah memasuki musim hujan pada September 2021. Jawa dan Nusa Tenggara masih mengalami musim kemarau. Seluruh wilayah Indonesia masuk musim hujan sepenuhnya pada Desember 2021.
Pada September 2021, Aceh, pantai barat Sumatera, Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Maluku bagian selatan (sekitar Ambon) dan daerah pegunungan Papua mempunyai probabilitas sangat tinggi untuk mendapat curah hujan deras yang dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor.
Selain itu, perlu diantisipasi bencana kebakaran hutan di wilayah Sumatera bagian timur dan Kalimantan bagian barat karena wilayah tersebut mempunyai probabilitas tinggi untuk mengalami suhu tinggi di atas 32 derajat Celsius.
Erma menuturkan perlu juga diwaspadai potensi angin kencang dan gelombang laut tinggi yang kemungkinan besar terjadi di perairan selatan Jawa, Laut Arafuru dan Laut Banda pada September-Oktober 2021, sementara Laut Jawa mempunyai kemungkinan yang tidak begitu tinggi.
Ia mengatakan sinyal musim kemarau ditunjukkan melalui curah hujan minimum di selatan Indonesia. Sedangkan hujan di utara Indonesia meningkat dibanding Juli dan rata-rata hujan Agustus.
Baca Juga: BRIN: PLTN Bisa Jadi Solusi Listrik Ramah Lingkungan
Konsentrasi kelembaban di utara-barat Indonesia berhubungan pembentukan vorteks di Samudra Hindia, aktivitas gelombang Osilasi Madden Julian (MJO) fase 2 dan 3 di Samudra Hindia, serta anomali monsun musim panas Asia meluas hingga bagian utara wilayah Indonesia.
Aktivitas gelombang meridional berkaitan monsun musim panas Asia, yaitu BSISO1 fase 3 di Samudra Hindia berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif di Samudra Hindia dan pembentukan hujan di sebagian Sumatera.
Aktivitas Gelombang Kelvin di laut dan atmosfer diprediksi menguat oleh Gelombang Equatorial Rossby (ER) sejak Agustus hingga Februari 2022. [Antara]