Suara.com - Hujan persisten yang dipicu oleh pertemuan gelombang Kelvin dan Rossby di atmosfer serta pembentukan pusat konveksi akibat anomali sirkulasi angin menyebabkan banjir di wilayah Kalimantan Tengah dan Timur menurut Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Suplai kelembapan yang tinggi juga terkonsentrasi di Kalimantan karena adanya penjalaran gelombang Kelvin dari barat yang bertemu dengan Rossby dari timur sehingga berkontribusi terhadap peningkatan intensitas curah hujan di wilayah Kalimantan," kata peneliti klimatologi dalam Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TReAK) Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Erma Yulihastin (10/9/2021).
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Jakarta, Jumat, Erma menjelaskan bahwa peningkatan intensitas hujan menyebabkan banjir di sejumlah wilayah Kalimantan Tengah dan Timur sejak akhir Agustus 2021 hingga 2 September 2021.
Menurut dia, selama kurun itu 13 wilayah kecamatan di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, kebanjiran akibat hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur bagian hulu Sungai Katingan.
Baca Juga: BRIN: PLTN Bisa Jadi Solusi Listrik Ramah Lingkungan
Ia mengemukakan, sistem peringatan dini bencana berbasis satelit SADEWA (Satellite-based Disaster Early Warning System) telah mendeteksi potensi hujan deras di wilayah Kalimantan Timur dan Tengah berdasarkan pembentukan pusat-pusat konveksi yang dipicu oleh anomali sirkulasi angin di Kalimantan.
Erma menjelaskan, penguatan angin dari selatan mengalami pembelokan ke arah timur laut di sekitar bagian barat Sumatra dan bertemu dengan angin dari selatan di wilayah Kalimantan sehingga memicu terbentuknya pusat konveksi di Kalimantan.
Di samping itu, ia melanjutkan, kelembaban tinggi yang terkonsentrasi di Kalimantan karena adanya penjalaran gelombang Kelvin dari barat yang bertemu dengan Rossby dari timur berkontribusi terhadap peningkatan intensitas curah hujan di wilayah Kalimantan. [Antara]