Data Kesehatan di Indonesia Mudah Bocor, Bisa Bahayakan Pasien

Liberty Jemadu Suara.Com
Minggu, 05 September 2021 | 06:05 WIB
Data Kesehatan di Indonesia Mudah Bocor, Bisa Bahayakan Pasien
Keterangan Foto: Pemeriksaan eHAC di Bandara Ngurah Rai, Bali. (Suara.com/Dini Afrianti)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sebuah laporan menyatakan telah lebih dari 2.100 pelanggaran data layanan kesehatan telah terjadi di AS sejak 2009, mayoritas (30%) terjadi di rumah sakit. Trennya juga terus meningkat. Pada 2009, di AS hanya ada 18 kasus tapi pada 2020 ada 642 kasus.

Biro Penyidik Federal (FBI) dan Kementerian Kesehatan pada oktober 2020 lalu bahkan telah mengeluarkan pernyataan resmi bersama memperingatkan bahwa kejahatan terkait keamanan siber ke depan akan semakin banyak menyerang dunia pelayanan kesehatan.

Di Indonesia, kasus pembobolan data kesehatan bukan hal yang baru. Pada 2020, data 230 ribu pasien COVID-19 di Indonesia diduga telah dicuri dan dijual di RaidForums. Alamat forum dark web itu kini telah diblokir pemerintah.

Pada 2017, dua rumah sakit nasional terjangkit program jahat jenis ransomware bernama WannaCry yang mengunci data sistem informasi rumah sakit dan meminta tebusan.

Dampak kebocoran data kesehatan

Bagi fasilitas pelayanan kesehatan, bocornya data pribadi pasien selain membuat kerugian ekonomi juga akan mengganggu jalannya pelayanan serta membuat nama baik dan kepercayaan publik menjadi rusak.

Bagi pasien, beberapa dampak negatif bisa terjadi.

Bocornya data pribadi seperti tanggal lahir, nama ibu kandung, nomor telepon, alamat, hingga email pribadi dapat digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan beberapa modus kejahatan. Misalnya, membongkar kata kunci (password), mengakses pinjaman online, profiling untuk target politik atau iklan di media sosial, membobol layanan keuangan hingga sasaran telemarketing.

Jika data kondisi dan riwayat penyakit bocor, potensi kerugian yang dihadapi pemilik data tidak hanya menyangkut persoalan ekonomi tapi dapat menyangkut kerugian sosial budaya hingga keamanan.

Baca Juga: Pengawas Perlindungan Data Pribadi Independen untuk Jaga Kepercayaan Publik dan Industri

Seseorang dapat kehilangan pekerjaan, atau bahkan terusir dari lingkungan tempat tinggal mereka jika jenis informasi kesehatan sensitif menjadi pengetahuan publik. Misalnya, pengungkapan bahwa seseorang terinfeksi HIV atau jenis infeksi menular seksual lainnya dapat menyebabkan isolasi sosial dan dampak lain yang berbahaya secara psikologis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI