Maka, ada sekitar 21% pengguna internet di Indonesia yang mengetahui akan keberadaan teknologi 2FA namun dengan sengaja memilih untuk tidak menggunakannya.
Riset yang sama juga menunjukkan penghasilan bulanan warga Indonesia berbanding lurus dengan tingkat penggunaan 2FA.
Terlepas dari jenis kelamin, usia, atau tingkat pendidikannya, warga Indonesia yang berpenghasilan tinggi cenderung untuk menerapkan protokol keamanan siber yang lebih baik dengan menggunakan 2FA dibandingkan mereka yang berpenghasilan lebih rendah.
Perbedaan tingkat penggunaan 2FA pada lapisan kelompok masyarakat dengan tingkat ekonomi yang berbeda ini merupakan wujud dari salah satu sifat bawaan manusia.
Pada dasarnya, manusia cenderung menghindari rasa sakit yang timbul ketika terjadi suatu kehilangan, terlebih lagi terkait hal-hal yang ia rasa penting.
Fenomena ini juga dikenal dengan loss aversion bias yang dibahas lebih lanjut dalam Prospect Theory, salah satu teori penting dari bidang ilmu ekonomi perilaku (Behavioral Economics).
Berdasarkan teori ini, manusia cenderung lebih memilih untuk mencegah terjadinya kehilangan atau kerugian ketimbang mendapatkan manfaat atau keuntungan dengan nilai atau nominal yang sama.
Ini karena manusia cenderung menilai bahwa rasa sakit yang terjadi akibat suatu kehilangan jauh lebih besar dibanding rasa puas yang didapat atas sesuatu meski untuk nilai atau nominal yang sama.
Dengan analogi sederhana: bagi manusia, rasa puas memperoleh uang Rp 100 ribu itu tidak sebanding dengan rasa kesal saat kehilangan uang Rp 100 ribu.
Baca Juga: Aplikasi PeduliLindungi Perlu Gunakan Autentikasi Biometrik
Terlepas dari manfaat dari sisi keamanan, penggunaan 2FA juga dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan dalam penggunaan aplikasi atau akun digital.