Setelah Kekeringan Ekstrem, NTT Disebut Berpotensi Diterpa Hujan di Atas Normal

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 03 September 2021 | 01:43 WIB
Setelah Kekeringan Ekstrem, NTT Disebut Berpotensi Diterpa Hujan di Atas Normal
NTT disebut akan mengalami musim hujan di atas normal, setelah melewati musim kemarau yang memicu kekeringan ekstrem. Ilustrasi hujan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmattulloh Adji mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat delapan kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur untuk mengantisipasi resiko bencana akibat potensi hujan di atas normal.

"Aksi mitigasi perlu dilakukan lebih awal guna menghindari risiko bencana akibat kondisi musim hujan di atas normal atau lebih besar," katanya di Kupang, Kamis (2/9/2021).

Ke delapan wilayah tersebut di antaranya Kabupaten Manggarai Barat bagian utara, Manggarai bagian utara, Manggarai Timur bagian utara, Ngada bagian utara, Timor Tengah Selatan bagian selatan, Malaka bagian selatan, Kupang bagian utara, dan Timor Tengah Utara bagian barat.

Ia menjelaskan secara umum musim hujan 2021/2022 di wilayah NTT diprediksi akan berlangsung pada November mendatang yang terjadi pada 65,6 persen zona musim (zom) dari total sebanyak 23 zom di NTT.

Baca Juga: BMKG Tepis Mitos Negara Rawan Bencana Sulit Maju

Hanya 4,3 persen zom yang mengawali musim hujan pada Oktober, sedangkan 30,4 persen zom lainnya pada Desember 2021.

Rahmattulloh menjelaskan secara umum, sifat hujan selama musim hujan 2021/2022 diprakirakan normal atau sama dengan rerata klimatologisnya pada 20 zom atau atau 87.0 persen dan 3 zom atau 13.0 persen akan mengalami kondisi musim hujan di atas normal atau lebih basah dari biasanya.

Oleh sebab itu ia mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat terutama pada daerah yang terdampak musim hujan di atas normal agar lebih mewaspadai kejadian cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir.

Cuaca ekstrem ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah longsor. Perubahan cuaca juga berpotensi membuat imun tubuh melemah dan rentan terserang penyakit.

Hari tanpa hujan ekstrem

Baca Juga: Jelang Musim Hujan, Pemprov DKI Sudah Mulai Antisipasi Banjir

Sebelumnya pada pekan ini BMKG juga mengatakan bahwa wilayah Nusa Tenggara Timur pada umumnya mengalami hari tanpa hujan dengan kategori ekstrem panjang selama musim kemarau ini. Umumnya daerah di NTT mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari.

Rahmattulloh mengatakan hal itu berkaitan dengan perkembangan kondisi iklim di NTT pada Dasarian III Agustus 2021 dan prakiraan pada dasarian selanjutnya.

Pihaknya mencatat hanya beberapa wilayah di NTT yang mengalami HTH kategori sangat pendek (1-5 hari), yaitu di sebagian kecil Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Ende, Sikka, Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Timor Tengah Selatan, dan Malaka.

Berdasarkan analisis curah hujan pada Dasarian III Agustus 2021, pada umumnya wilayah NTT mengalami curah hujan dengan kategori rendah atau 0-50 mili meter (mm).

Namun, sebagian kecil wilayah di Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur, Ende, dan Sikka mengalami curah hujan dengan kategori menengah atau 51-150 mm.

Berdasarkan peta prakiraan peluang curah hujan Dasarian I September 2021, pada umumnya wilayah NTT diprakirakan memiliki peluang curah hujan di bawah 20 mm sebesar 61-100 persen, sedangkan di sebagian kecil wilayah Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekoe, Ende, serta sebagian besar wilayah Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan diprakirakan memiliki peluang curah hujan 21-50 mm sebesar 61-90 persen.

Selain itu, sebagian besar Manggarai Barat dan sebagian kecil Manggarai diprakirakan memiliki peluang curah hujan lebih dari 50 mm sebesar 31-60 persen.

Rahmatulloh menyarankan daerah-daerah dengan status peringatan dini kekeringan meteorologi melakukan langkah antisipasi, seperti mewaspadai kebakaran hutan dan lahan, menghemat penggunaan air bersih dan melakukan budi daya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI