Dari Binatang atau Lab China? Intelijen Amerika Gagal Temukan Asal Covid-19

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 28 Agustus 2021 | 10:10 WIB
Dari Binatang atau Lab China? Intelijen Amerika Gagal Temukan Asal Covid-19
Belasan badan intelijen AS gagal menemukan asal-muasal Covid-19. Foto: Warga berziarah di dekat pusara keluarganya di area pemakaman khusus COVID-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (15/7/2021). [Antara/M Risyal Hidayat]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan-badan intelijen Amerika Serikat gagal memberikan jawaban tentang asal-muasal Covid-19 dan masih terbelah soal apakah virus mematikan itu bocor dari laboratorium atau berasal dari binatang.

Kesimpulan ini adalah rangkuman dari laporan yang disusun oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional Amerika Amerika Serikat, lembaga yang mengawasi 18 badan intelijen Amerika Serikat.

Laporan ini disusun setelah Presiden Joe Biden pada Mei lalu memerintahkan badan-badan intelijen AS untuk menyelidiki sumber awal atau asal-muasal Covid-19 di dunia. Mereka diberi waktu 90 hari untuk menyelesaikan penyelidikan.

"Semua badan intelijen memeriksa dua hipotesis: paparan alamiah dari binatang yang terinfeksi dan insiden terkait laboratorium," demikian bunyi laporan tersebut seperti dilansir dari BBC, Sabtu (28/8/2021).

Baca Juga: Ilmuwan WHO Curiga Staf Lab Wuhan sebagai Pasien Nol Covid

Beberapa badan intelijen AS, yang namanya tak diungkap, lebih condong pada teori bahwa Covid-19 berasal dari binatang. Meski demikian, tingkat kepercayaan badan-badan intelijen terhadap kesimpulan ini masih rendah.

Sementara itu satu badan intelijen, yang namanya juga tak diungkap, mengatakan "cukup yakin" bahwa kasus pertama Covid-19 terjadi karena "insiden terkait laboratorium" di Wuhan Institute of Virology, sebuah lab yang selama belasan tahun telah meneliti berbagai macam virus corona.

Laporan itu kemudian menyimpulkan bahwa analisis yang memuaskan tak mungkin bisa tersedia jika China tak bersedia memberikan informasi baru, termasuk sampel klinis dan data-data epidemologis terkait kasus-kasus awal Covid-19 di Wuhan.

Beijing sendiri telah menuding upaya yang dilakukan oleh badan-badan intelijen AS ini sebagai antisains dan memiliki motivasi politis. China bahkan menuding bahwa Covid-19 sebenarnya berasal dari Fort Detrick, fasilitas yang dulunya menjadi tempat pengembangan senjata biologi Amerika Serikat yang terletak di Maryland.

Presiden Biden, dalam pernyataan resmi menanggapi laporan itu, mengatakan bahwa informasi penting terkait pandemi Covid-19 ada di wilayah Tiongkok.

Baca Juga: WHO Desak Pemerintah AS Ungkap Bukti Asal-usul Virus Corona

"Tetapi sejak awal pemerintah China telah berupaya untuk mencegah penyelidik internasional dan anggota komunitas kesehatan dunia untuk mengakses informasi tersebut," kata Biden.

"Dunia butuh jawaban dan saya tidak akan berhenti sampai memperoleh jawaban-jawaban tersebut," tegas Biden seperti diwartakan The Guardian.

Lebih lanjut Biden berjanji bahwa AS tidak akan berhenti mencari tahu asal-muasal Covid-19 dan akan melakukan segala upaya untuk "melacak akar" penyebaran virus Sars-Cov-2 ini.

Sebenarnya pada Januari sampai Februari 2021, tim investigator organisasi kesehatan dunia atau WHO yang didampingi para ilmuwan China telah melakukan penyelidikan soal asal-muasal Covid-19 di China. Mereka juga melakukan penyelidikan di Wuhan.

Penyelidikan WHO menunjukkan ada empat kemungkinan asal-usul Covid-19. Kemungkinan atau teori paling kuat adalah virus berasal kelelawar yang melompat ke manusia lewat perantara binatang lain. Kedua, teori bahwa Covid-19 melompat langsung dari kelelawar ke manusia.

Ketiga penularan pertama kali terjadi pada manusia lewat rantai dingin makanan beku - tetapi WHO dan peneliti China menyebut peluang untuk teori ini tetapi sangat kecil. Lalu teori terakhir adalah berasal dari laboratorium, meski WHO mengatakan ini sangat kecil kemungkinan terjadi.

Tetapi kesimpulan WHO ini dikritik oleh sejumlah ilmuwan terkemuka di dunia. Menurut mereka, sampai ada bukti pasti bahwa Covid-19 tidak bocor dari laboratorium, WHO tidak berhak menyingkirkan teori tersebut. Alih-alih semua kemungkinan harus terus ditelusuri dengan serius.

Sejak pertama kali dilaporkan pada akhir 2019, Covid-19 telah menewaskan 4,6 juta orang di dunia. Di Indonesia sendiri, sampai 27 Agustus kemarin, sudah 130.781 orang meninggal dunia akibat wabah ini, meski beberapa lembaga dan peneliti bilang jumlah kematian jauh di atas angka resmi pemerintah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI