Bertahan di Tengah Pandemi, Sukaraja Jadi Desa Digital QRIS Netzme

Jum'at, 20 Agustus 2021 | 13:26 WIB
Bertahan di Tengah Pandemi, Sukaraja Jadi Desa Digital QRIS Netzme
CEO PT Netzme Kreasi Indonesia Vicky G. Saputra berbicara dalam peresmian Desa Digital QRIS Netzme di Sukaraja, Ciamis, Jawa Barat, Jumat (20/8/2021). [Dok Netzme]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi virus Corona atau COVID-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi ekonomi, sosial, dan bisnis. Bertahan di tengah pandemi, Bank Indonesia menunjuk Sukaraja, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat sebagai Desa Digital QRIS Netzme dengan apresiasi jawara ekonomi digital 2021.

Berbicara dalam acara peresmian Desa Digital QRIS Netzme, Yana D. Putra, selaku Wakil Bupati Ciamis, mengatakan digitalisasi di daerah menjadi faktor penting sebagai langkah strategis bertahan di era pandemi.

"Kami akan menargetkan seluruh daerah di Kabupaten Ciamis tersentuh digitalisasi agar semakin mudah memasarkan produk lokal. Ke depannya, kami berharap dapat menjadi role model dan berkomitmen terus berupaya mendorong solusi kreatif dalam digitalisasi," kata Yana dalam acara virtual peresmian Desa Digital bersama Bank Indonesia (BI) pada Jumat (20/8/2021).

Launching Aplikasi NetzMe di Pekalongan. (Suara.com/Muslimin Trisyuliono)
Launching Aplikasi NetzMe di Pekalongan. (Suara.com/Muslimin Trisyuliono)

Hal serupa disampaikan oleh Herawanto, Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Barat, yang menyebut bahwa sinergitas peran dari berbagai kalangan sangat diperlukan untuk percepatan digital, khususnya ekonomi, karena digitalisasi tidak hanya menjadi domain lembaga atau otoritas tertentu.

Baca Juga: Netzme dan Universitas Budi Luhur Gelar Program Desa Digital QRIS di Jawa Tengah

Dukungan BI diwujudkan melalui pembentukan tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD).

Herawanto membeberkan dua tugas penting yang harus dilakukan P2DD, mencakup implementasi Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD) yang bertujuan meningkatkan transparansi transaksi keuangan daerah dan pengembangan transaksi pembayaran digital guna mewujudkan keuangan yang inklusif.

Urgensi digitalisasi juga semakin meningkat di tengah pandemi karena melemahnya daya beli sehingga perlunya adopsi teknologi.

Adopsi teknologi digital ini mencakup keterjangkauan harga, ketersediaan pangan untuk menghindari penimbunan, kelancaran distribusi dengan memastikan distribusi logistik lancar meskipun ada penerapan PPKM, dan komunikasi efektif seperti pemantauan harga harian.

"Yang harus diperhatikan selama pandemi salah satunya adalah nilai tukar jual dari petani atau produsen hingga ke tangan konsumen. Ini dapat berpengaruh pada kesejahteraan produsen," ucap Herawanto.

Baca Juga: Klinikgo Gandeng Netzme Untuk Sediakan Jasa Pembayaran Digital

Adapun bentuk digitalisasi inovatif yang telah diterapkan saat ini seperti e-logistik Jabar, digital farming, teknologi e-fishery, petani milenial, dan kolaborasi dengan e-commerce.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI