Universitas Airlangga juga berkomitmen untuk ikut memantau setiap kejadian di lapangan dari hasil pengembangan hingga tahap produksi vaksin.
"Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga memberikan dukungan luar biasa pada panduan pengembangan vaksin sehingga kami lebih percaya diri, tahu kurangnya di mana dan harus bagaimana," katanya.
Sementara itu, sebanyak lima kandidat Vaksin Merah Putih di Indonesia selain yang dikembangkan Universitas Airlangga di antaranya karya peneliti Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman berplatform subunit protein rekombinan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berlatform rekombinan, Institut Teknologi Bandung (ITB) beplatform subunit protein rekombinan dan adenovirus vector.
Peneliti lainnya yang juga mengembangkan Vaksin Merah Putih berasal dari Universitas Indonesia (UI) berplatform DNA, mRNA, dan virus like particles serta peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan vaksin berlatform subunit protein rekombinan. [Antara]