Suara.com - Penelitian baru dari Penn State University mengungkapkan bahwa batuan yang ditemukan di Bumi pada abad ke-19 bisa menjadi petunjuk di mana menemukan air di Mars.
Batuan tersebut merupakan hematit, salah satu mineral paling melimpah di Bumi.
Ini dapat ditemukan di banyak batuan beku, metamorf, dan sedimen yang berbeda.
Karena memiliki kandungan besi yang tinggi, batuan itu memiliki warna merah cerah.
Baca Juga: Cari Bukti Kehidupan, Jepang Akan Kirim Misi ke Bulan Terbesar Mars
Namun, ketika Peter J. Heaney dan Si Athena Chen menganalisis sampel hematit yang dikumpulkan pada abad ke-19, keduanya menemukan rahasia di dalamnya.
Awalnya, Chen melakukan eksperimen untuk mengkristalkan hematit secara artifisial dan menemukan senyawa miskin zat besi. Ia kemudian membawanya ke Heaney.
Keduanya mengumpulkan sampel dari studi sebelumnya yang dilakukan oleh ilmuwan abad ke-19 Rudolf Hermann dan August Breithaupt.
Sampel dari penelitian asli itu disimpan di Smithsonian Institution.
Setelah menguraikan komposisi kimia sampel menggunakan spektroskopi inframerah dan difraksi sinar-X , Chen menemukan bahwa mineral tersebut kekurangan atom besi, tetapi mengandung molekul hidroksil (kombinasi hidrogen dan oksigen).
Baca Juga: Radiasi Dapat Picu Kehidupan di Mars
Dengan kata lain, itu memungkinkan air untuk disimpan dalam mineral.
Temuan ini berhubungan dengan penemuan penjelajah Opportunity NASA di Mars pada 2004 yang menemukan batuan bulat hematit di permukaan Planet Merah.
Pada saat itu, penjelajah tidak bisa menguraikan kandungan besi hematit untuk menentukan apakah itu hematit anhidrat (yang kekurangan air) atau hidrohematit.
Penelitian awal Chen dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi alami yang diperlukan oksida besi untuk membentuk hematit.
Chen menemukan bahwa pada suhu lebih rendah dari 149 derajat Celcius dan dalam lingkungan basa berair, hidrohematit mengendap menjadi lapisan sedimen.
"Sebagian besar permukaan Mars tampaknya berasal dari tanah yang lebih basah dan oksida besi diendapkan dari air itu," kata Heaney, dikutip dari Space.com, Rabu (18/8/2021).
Heaney percaya bahwa batuan yang ditemukan penjelajah adalah hidrohematit, sehingga tidak menutup kemungkinan jika batuan tersebut menyimpan air di dalamnya.