Program Gerilya Diluncurkan untuk Kurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 13 Agustus 2021 | 23:15 WIB
Program Gerilya Diluncurkan untuk Kurangi Ketergantungan pada Bahan Bakar Fosil
Mendikbudristek Nadiem Makarim berpidato di Hari Pendidikan Nasional 2021
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) meluncurkan program Gerilya untuk mengatasi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

“Inovasi di bidang penciptaan energi bersih menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Kolaborasi Kampus Merdeka dengan Gerilya diyakini mampu menghadirkan solusi penciptaan energi bersih untuk masyarakat dan berkontribusi dalam upaya memperlambat laju perubahan iklim,” ujar Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, dalam peluncuran Gerilya yang dipantau di Jakarta, Jumat (13/8/2021).

Gerilya merupakan Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya, yang merupakan bagian dari implementasi metode pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Program itu ditujukan khusus kepada mahasiswa aktif jenjang sarjana (S-1) dan vokasi eksakta untuk membantu mengoptimalkan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di masyarakat dan mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025.

Baca Juga: Program Laptop Dalam Negeri dari Kemendikbudristek Dinilai Tepat

“Gerilya adalah salah satu kegiatan studi independen Kampus Merdeka yang melahirkan aktivis energi bersih dengan kecerdasan berinovasi,” jelas dia.

Menteri Nadiem optimistis mahasiswa peserta Program Gerilya akan berperan besar dalam melanjutkan misi pembangunan berkelanjutan. “Untuk Indonesia maju dan bumi yang terlindungi,” ujarnya.

Selama proses pembelajaran program Gerilya diselenggarakan pada platform SPADA Indonesia sebagai platform pembelajaran nasional yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengatakan program Gerilya akan melahirkan aktivis energi bersih dari generasi muda. Melalui program itu mempercepat pemanfaatan PLTS atap dan mendukung pencapaian target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.

Arifin menambahkan pelaksanaan program Gerilya merupakan salah satu bagian dari proses menuju transisi energi bersih dimana potensi PLTS punya peluang besar untuk diimpelementasikan.

Baca Juga: Wow! Bapak Separuh Abad di Blitar Ini Bikin Sepeda listrik Tenaga Surya

“Dari berbagai jenis EBT, PLTS akan lebih didorong dan mendominasi, mengingat potensinya paling besar dan harganya semakin murah," kata Arifin.

Dari sisi biaya investasi, pemerintah menilai PLTS mengalami penurunan cukup signifikan dan memiliki daya saing investasi yang cukup kompetitif. Di Indonesia, terdapat PLTS terapung Cirata 145 Mega Watt (MW) yang merupakan PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara, dengan harga jual listrik sekitar 5,8 sen dolar AS per kWh.

Saat ini kapasitas terpasang PLTS atap, sambung Arifin, tercatat hanya 31 MW dari total potensi sekitar 32 Giga Watt (GW) baik di rumah tangga, bisnis, industri, sosial maupun di gedung pemerintah dan BUMN.

“Kami sedang menyempurnakan regulasi dari PLTS atap agar lebih menarik. Makanya, kami optimis pemanfaatan solar rooftop dapat dipercepat. Untuk itu, dibutuhkan peran aktif semua pihak, tak terkecuali mahasiswa dan generasi muda,” terang Arifin. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI