Suara.com - Setidaknya dua orang penduduk di Monrovia baru-baru ini terinfeksi tifus dari tikus yang memiliki gejala mirip dengan Covid-19.
Hal ini terungakap dari Media lokal California KTLA-TV Channel 5, dilansir dari Gizmodo, Senin (9/8/2021).
Tifus sebenarnya nama yang diberikan untuk tiga penyakit bakteri yang berbeda, semuanya menyebar melalui serangga atau arakhnida.
Tapi bentuk paling umum terkadang masih terjadi adalah tifus yang ditularkan melalui kutu, disebabkan bakteri Rickettsia typhi.
Baca Juga: Buah Ini Bisa Tingkatkan Imunitas Tubuh
Kutu terinfeksi dengan menggigit inang yang terinfeksi, sementara manusia terinfeksi ketika menyentuh kotoran kutu yang terkontaminasi.
Awal pekan ini, salah satu warga Monrovia, Margaret Holzmann telah terjangkit tifus.
Holzmann mengalami demam, sakit kepala, dan kelelahan, yang membuatnya curiga bahwa dia menderita covid-19.
Namun, tes Covid-19 yang dilakukannya negatif meskipun ia terus merasakan sakit selama beberapa minggu ke depan.
Akhirnya, ia kembali ke dokter yang menanyakan apakah dia baru saja melakukan kontak dengan hewan liar.
Baca Juga: Nakes di Nagan Raya Segera Disuntik Vaksin Dosis Ketiga
Pada saat itu, Holzmann ingat bahwa ia telah menemukan dan membuang tikus mati.
Setelah diagnosis tifusnya, Holzmann menceritakan kisahnya di aplikasi Nextdoor dan menemukan bahwa ia bukan satu-satunya orang yang memiliki masalah serupa di daerahnya.
"Ada orang lain yang mengatakan kakeknya menderita gejala serupa pada sekitar waktu yang sama dengan saya dan disebabkan oleh hal yang sama, membuang tikus mati," kata Holzmann.
Sayangnya, tifus bukan penyakit yang diberitakan secara nasional di Amerika Serikat.
Artinya, dokter dan departemen kesehatan tidak berkewajiban untuk mendokumentasikan atau melacak setiap kasus yang dicurigai.
Meski penyakit ini sebagian besar terbatas pada daerah tropis, tetapi Los Angeles pernah mengalami wabah kecil pada 2018 dengan setidaknya 20 penduduk tertular pada tahun itu.
Tifus yang ditularkan melalui kutu biasanya ringan dan hilang dengan sendirinya, bahkan tanpa pengobatan antibiotik.
Tetapi mendapatkan perawatan dengan tanggap bisa mempercepat pemulihan dan membantu mencegah komplikasi langka seperti kerusakan organ.