Suara.com - Para ilmuwan menemukan tulang kelompok kuda nil, badak, kuda, dan kucing gigi pedang berusia sembilan juta tahun lalu, di lubang berair yang sekarang telah mengering di Spanyol.
Sembilan juta tahun lalu, lusinan hewan mati karena kelaparan dan dehidrasi akibat kekeringan tiga periode di akhir Miosen.
"Meskipun berusia lebih dari 9 juta tahun, tulang ini sangat terpelihara karena dengan cepat terkubur dalam sedimen ketika hujan," kata David Martin-Perea, ahli paleontologi di National Natural Sciences Museum.
Tim ahli juga menemukan tulang rapuh dari katak, tikus, burung, dan bahkan dua janin kuda.
Baca Juga: NASA Curiga Ada Air Tersembunyi di Bayangan Bulan
Selama Miosen akhir, wilayah selatan yang sekarang disebut Madrid adalah hamparan padang rumput dan hutan yang memiliki lubang berair di bawah batu kapur dan batu lumpur.
Pada 2007, para penambang menemukan lubang tulang tersebut. Sejak saat itu, para ahli paleontologi telah menemukan ribuan tulang yang terkubur di sembilan situs.
Penelitian terbaru ini difokuskan pada salah satu situs tersebut, yang disebut Batallones-10.
Situs itu adalah lubang berair dan menampung tiga lapisan tulang fosil yang berbeda.
Hampir 9.000 fosil dari puluhan spesies telah ditemukan.
Baca Juga: Ilmuwan Sebut Tuduhan asal Covid dari Kebocoran Laboratorium Bersifat Politis
Di antaranya terdapat sisa-sisa 15 mamalia besar, seperti jenis kuda yang sudah punah, mastodon, badak, rusa, dan sapi.
Dilansir dari Live Science, Rabu (4/8/2021), situs ini juga menampung spesies yang belum pernah dilihat sebelumnya, yaitu Decennatherium rex, jerapah mirip okapi.
Keberadaan tulang amfibi di lokasi menunjukkan bahwa daerah itu adalah oasis basah dengan padang rumput di sekitarnya.
Dengan menyatukan informasi yang ada, Martin-Perea menyimpulkan bahwa penyebab kematian hewan-hewan itu adalah kekeringan.
Berdasarkan analisis gigi hewan yang mengungkapkan apa yang dimakan dan minum, para ahli mengungkapkan bahwa situs tersebut berada di daerah yang akan mengalami kekeringan musiman.
Selain kekeringan, hewan-hewan ini juga mati akibat kelaparan.
Ketika sumber air lainnya mengering, semakin banyak hewan yang berkumpul di oasis Batallones.
Namun, karena tidak mau melakukan perjalanan jauh dari sumber air ini, hewan-hewan itu bertahan hidup dengan memakan tumbuhan di sekitar sampai hanya ada sedikit makanan yang tersisa.
Tim ahli selanjutnya akan menggali lebih dalam lubang tersebut.
Di situs lainnya, para ilmuwan menemukan tulang yang didominasi oleh predator.