Suara.com - Google bersama Bebras Indonesia telah melatih lebih dari 27.000 pengajar di 75 kota di Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mengajar secara online di tengah pandemi COVID-19.
Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengatakan Bebras Indonesia telah menggelar Gerakan Pandai pada 2020 untuk meningkatkan daya saing para pengajar di tingkat internasional. Program ini memperoleh bantuan sebesar 1 juta dolar AS dari Google.org, unit amal Google.
“Pada Februari 2020, kami mengumumkan hibah sebesar satu juta dolar AS kepada Bebras Indonesia untuk melatih keterampilan Computational Thinking pada 22.000 pengajar agar lebih mampu menyiapkan pelajar dan meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat internasional,” kata Randy menjelaskan soal Gerakan Pandai di sela-sela acara Google for Education, Selasa (3/8/2021).
Dalam program Gerakan Pandai itu, Bebras Indonesia bermitra dengan 60 universitas dan turut membantu para pengajar beradapasi dengan tantangan mengajar online yang sedang tren saat ini.
Baca Juga: Lebih dari 3.200 Pengajar Indonesia Sudah Kantongi Sertifikat Edukator Google
Bebras Indonesia dalam programnya bersama Google melatih para pengajar keterampilan Computational Thinking (CT), yang dapat diterapkan kepada para murid saat pembelajaran daring berlangsung.
Ketua Bebras Indonesia Inggriani Liem mengatakan sebanyak 27.054 pengajar telah mengikuti webinar dalam pelatihan tersebut.
“Guru yang sudah dilatih sekitar 27.054 yang mengikuti webinar, tetapi karena masa pandemi bebannya berat. Siswa yang sudah tersentuh baru 16.000,” kata Inggriani.
Inggriani menjelaskan pihaknya harus melakukan penyesuaian dengan merubah semua bentuk kegiatan pelatihan tersebut ke dalam bentuk daring akibat dampak dari COVID-19 saat ini. Ia mengungkapkan, pelatihan tersebut mampu memberikan dampak positif berupa melatih cara berpikir dalam mengenali struktur dan logika.
“CT bukan sekadar menjawab soal online, tapi membaca dan menyimak kejadian sehari-hari. Menstrukturkan apa pun yang dilihat, komposisi seperti apa, ada pola seperti apa. Itu kan semacam latihan berpikir mengenali struktur dan logika,” katanya.
Baca Juga: Google Indonesia: Produksi Laptop untuk Pelajar Akan Buka Ribuan Lapangan Kerja Baru
Kepala Sekolah dari SMP Damian Bandung, Connieta Theotirta mengatakan melalui pelatihan tersebut, guru dapat menyadari bahwa setiap anak memiliki cara yang berbeda untuk menyelesaikan suatu persoalan yang diberikan.
“Jadi anak-anak itu jawaban mereka bisa sama, tapi cara berpikirnya yang berbeda. Karena tidak ada yang benar atau salah. Namun itu yang membuka pola pikir seseorang yang mana di masa sekarang ini sangat diperlukan,” kata Connieta.
Melalui pembelajaran seperti itu, Connieta mengatakan jawaban para murid membuat pengajar merasa tertantang untuk berpikir lebih kreatif lagi dalam mengajar. Sedangkan anak-anak tidak akan merasa terbebani dalam menjawab sebuah soal yang diberikan, sehingga membuat aktivitas belajar menjadi seperti bermain game. [Antara]