Rasakan Siang Hari Makin Panjang? Rupanya Ini Penyebabnya

Selasa, 03 Agustus 2021 | 15:19 WIB
Rasakan Siang Hari Makin Panjang? Rupanya Ini Penyebabnya
Ilustrasi sinar matahari. (Pixabay/Skitterphoto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Nature Geoscience, menunjukkan bahwa rotasi Bumi secara bertahap melambat.

Hal itu dikaitkan dengan oksigenasi atmosfer Bumi. Sejak pembentukannya sekitar 4,5 miliar tahun lalu, rotasi Bumi melambat dan akibatnya hari-hari semakin lama.

Secara khusus, ganggang biru-hijau (cyanobacteria) yang muncul dan berkembang biak sekitar 2,4 miliar tahun lalu akan mampu menghasilkan lebih banyak oksigen, sebagai produk sampingan metabolisme karena hari-hari Bumi bertambah panjang.

"Pertanyaan abadi dalam ilmu Bumi adalah bagaimana atmosfer Bumi mendapatkan oksigennya dan faktor-faktor apa yang dikendalikan ketika oksigenasi ini terjadi," kata Gregory Dick, ahli mikrobiologi dari University of Michigan.

Baca Juga: Terungkap! Viral Sejoli Mesum di Taman Maramis Probolinggo, Keduanya Pelajar SMA dan SMP

Penelitian yang dilakukan para ahli kemudian menunjukkan bahwa rotasi Bumi mungkin memiliki efek penting pada pola dan waktu oksigenasi Bumi.

Alasan mengapa putaran Bumi melambat disebabkan karena Bulan memberikan tarikan gravitasi pada planet.

Cyanobacteria ungu. [eurakalert]
Cyanobacteria ungu. [eurakalert]

Menurut catatan fosil, hari-hari pada 1,4 miliar tahun lalu hanya selama 18 jam lamanya dan setengah jam lebih pendek daripada hari ini pada 70 juta tahun lalu.

Bukti menunjukkan bahwa manusia mendapatkan tambahan 1,8 milidetik dalam satu abad.

Perlambatan rotasi ini juga dikaitkan dengan Great Oxidation Event, ketika cyanobacteria muncul dalam jumlah besar sehingga atmosfer bumi mengalami peningkatan oksigen yang tajam dan signifikan.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Fosil Hewan Tertua di Bumi

Tanpa oksidasi ini, para ilmuwan berpikir kehidupan seperti yang diketahui saat ini tidak mungkin muncul.

Tim ahli menemukan komunitas mikroba di Danau Huron yang dianggap sebagai analog dari cyanobacteria yang bertanggung jawab atas Great Oxidation Event.

Cyanobacteria ungu yang menghasilkan oksigen melalui fotosintesis dan mikroba putih yang memetabolisme belerang, bersaing dalam komunitas mikroba di dasar danau.

Pada malam hari, mikroba putih naik ke atas dan melakukan aktivitas memetabolisme belerang.

Sementara saat siang hari dan Matahari cukup tinggi di langit, mikroba putih mundur digantikan cyanobacteria ungu.

Dengan kata lain, jika siang hari Bumi semakin panjang, maka cyanobacteria ungu dapat melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen lebih banyak.

Meski begitu, hal tersebut masih menjadi hipotesis para ahli. Untuk membuktikannya, tim melakukan eksperimen dan pengukuran pada mikroba, baik di lingkungan alami maupun di laboratorium.

Ilustrasi waktu tidur
Ilustrasi waktu. [Shutterstock] 

Para ilmuwan juga melakukan studi pemodelan terperinci untuk menghubungkan sinar Matahari dengan produksi oksigen mikroba.

Dilansir dari Science Alert, Selasa (3/8/2021), tim menemukan bahwa perpanjangan hari di Bumi dikaitkan dengan peningkatan oksigen planet.

"Temuan ini menunjukkan bahwa ada hubungan mendasar antara panjang hari dan berapa banyak oksigen yang dapat dilepaskan oleh mikroba yang tinggal di Bumi," ucap Arjun Chennu, ilmuwan kelautan dari Leibniz Centre for Tropical Marine Research di Jerman.

Tidak hanya terkait dengan Great Oxidation Event, tetapi juga oksigenasi atmosfer kedua yang disebut Neoproterozoic Oxygenation Event sekitar 550 hingga 800 juta tahun lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI