Temuan ini tidak sepenuhnya mengejutkan. Bagaimana pun, para ilmuwan tahu virus lain menyerang testis dan mempengaruhi produksi sperma dan kesuburan.
Salah satu contoh: Penyelidik yang mempelajari jaringan testis dari enam pasien yang meninggal karena virus SARS-CoV 2006 menemukan semuanya memiliki kerusakan sel yang meluas, dengan sedikit atau tanpa sperma.
Ilmuwan juga tahu bahwa penyakit gondok dan virus Zika dapat masuk ke testis dan menyebabkan peradangan. Hingga 20% laki-laki yang terinfeksi virus ini akan mengalami gangguan produksi sperma.
Studi baru atas keamanan vaksin
Penelitian tambahan dari tim saya membawa kabar baik. Sebuah riset terhadap 45 laki-laki menunjukkan bahwa vaksin mRNA Pfizer dan Moderna tampaknya aman untuk sistem reproduksi laki-laki.
Ini, kemudian, adalah alasan lain untuk mendapatkan vaksinasi – untuk menjaga kesuburan laki-laki dan fungsi seksual.
Memang, penelitian ini baru langkah pertama tentang bagaimana COVID-19 dapat mempengaruhi kesehatan seksual laki-laki; sampelnya kecil. Studi harus dilanjutkan.
Namun, bagi laki-laki yang pernah terjangkit COVID-19 dan kemudian mengalami nyeri testis, masuk akal untuk mempertimbangkan bahwa virus telah menyerang jaringan testis. Disfungsi ereksi bisa jadi akibatnya. Orang-orang itu harus menemui ahli urologi.
Saya juga percaya penelitian ini menyajikan pesan kesehatan masyarakat yang penting ke Amerika Serikat dan dunia mengenai vaksin COVID-19.
Baca Juga: Long Covid-19 Bisa Sebabkan Pria Disfungsi Ereksi, Benarkah?
Untuk jutaan laki-laki Amerika yang tetap tidak divaksinasi, Anda mungkin ingin mempertimbangkan kembali konsekuensinya jika dan ketika virus yang sangat agresif ini menginfeksi Anda.