Astronom Melihat Dua Objek Merah di Sabuk Asteroid

Dythia Novianty Suara.Com
Sabtu, 31 Juli 2021 | 08:16 WIB
Astronom Melihat Dua Objek Merah di Sabuk Asteroid
Ilustrasi sebuah asteroid. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mereka merah, cukup besar, dan harusnya tidak ada di sabuk asteroid utama.

Penelitian baru yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal Letters merinci, penemuan dua asteroid sabuk utama yang sangat merah.

Dinamakan 203 Pompeja dan 269 Justitia, asteroid-asteroid itu memiliki tanda spektral yang lebih merah daripada asteroid lain di sabuk utama, pita asteroid yang terletak di antara orbit Mars dan Jupiter.

Makalah baru ini dipimpin oleh astronom Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) Sunao Hasegawa.

Baca Juga: Bisakah Kehidupan di Bumi Selamat dari Kematian Matahari?

Asteroid merah ini menyerupai objek trans-Neptunus, yaitu objek yang terletak lebih jauh dari Neptunus, planet terjauh dari Matahari (tanpa mengabaikan planet kerdil Pluto).

Ini bisa berarti bahwa 203 Pompeja dan 269 Justitia terbentuk jauh di luar sana di Sabuk Kuiper dan kemudian melayang ke dalam ketika tata surya masih muda.

Ilustrasi asteroid (Shutterstock).
Ilustrasi asteroid (Shutterstock).

Jika dikonfirmasi, temuan baru ini menunjukkan betapa kacaunya kondisi saat itu dan bahan-bahan dari berbagai bagian tata surya terkadang bercampur menjadi satu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan distribusi dan komposisi asteroid besar di sabuk utama.

Asteroid besar, terutama yang lebih besar dari 60 mil (100 km) lebarnya, kemungkinan selamat dari hari-hari awal tata surya.

Baca Juga: Berpotensi Berbahaya, Asteroid Seukuran Piramida Baru Melintas Dekat Bumi

Dengan mempelajari objek-objek ini, para ilmuwan berharap dapat melihat sekilas seperti apa kondisinya sekitar 4 miliar tahun lalu.

para astronom melakukan pengamatan spektroskopik inframerah dekat dari sabuk utama menggunakan Telescope Facility (IRTF) dan Seoul National University Astronomical Observatory (SAO).

Kerja sama internasional ini melibatkan ilmuwan dari MIT, University of Hawai’i, Seoul National University, Kyoto University, dan beberapa institusi lainnya.

Asteroid 203 Pompeja berdiameter 68 mil (110 km), sedangkan 269 Justitia hanya setengahnya.
Keduanya memiliki spektrum merah yang luar biasa, mereka memantulkan banyak cahaya merah.

Bahkan, lebih merah dari asteroid tipe D, yang sebelumnya diyakini sebagai objek paling merah di sabuk asteroid.

Tata surya luar dikemas dengan bahan-bahan yang tersisa dari pembentukan tata surya, termasuk planetesimal (asteroid) dan centaur (planetesimal es yang terletak di antara Jupiter dan Neptunus).

Benda-benda jauh ini sangat merah, mengandung senyawa organik kompleks seperti metana dan es metanol.

Badan Antariksa Jepang (JAXA). [Shutterstock]
Badan Antariksa Jepang (JAXA). [Shutterstock]

Senyawa ini, jika dilihat melalui spektrograf, memberikan asteroid penampilan kemerahan, sebagaimana melansir dari Gizmodo, Sabtu (31/7/2021).

Sebaliknya, benda-benda di tata surya bagian dalam memiliki sedikit jejak bahan organik, sehingga cenderung memantulkan cahaya biru.

"Asteroid 203 Pompeja dan 269 Justitia diperkirakan telah terbentuk di dekat tepi luar Tata Surya, di luar garis salju organik yang jauh dan kemudian pindah ke sabuk asteroid selama zaman awal pembentukan Tata Surya," catat siaran pers JAXA .

"Garis salju organik," para ilmuwan mengacu pada lokasi di tata surya di mana metanol dan metana berubah menjadi es.

Temuan ini menunjukkan beberapa asteroid di sabuk utama yang terbentuk di tata surya luar, dan populasi objek-objek ini kemungkinan ada di dalam sabuk utama.

Studi baru menunjukkan sabuk utama sebagai tujuan yang baik untuk misi masa depan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI