Google Play Protect Disebut Gagal Deteksi Penuh Malware di Android

Jum'at, 30 Juli 2021 | 17:00 WIB
Google Play Protect Disebut Gagal Deteksi Penuh Malware di Android
Ponsel Android. [Denny Müller/Unsplash]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sistem keamanan buatan Google untuk ponsel Android, Google Play Protect, disebut gagal memberikan perlindungan yang kompetitif ketimbang produk anti malware populer lainnya.

Google Play Store dikatakan hanya mendeteksi dua per tiga dari 20.000 aplikasi berbahaya, selama pengujian yang melibatkan 15 total aplikasi keamanan Android lainnya.

Sebagai perbandingan, aplikasi lain seperti Bitdefender, McAfee, NortonLifeLock, dan Trend Micro mampu menghasilkan tingkat deteksi hingga 100 persen.

Studi ini dilakukan oleh Lembaga Keamanan IT asal Jerman, AV-TEST.

Baca Juga: Mulai September, Google Hapus Akun Pengembang Aplikasi yang Tak Aktif

Mereka melakukan studi ke aplikasi Android untuk melindungi pengguna dari serangan berbahaya.

Studi ini dilakukan selama enam bulan dari Januari dan Juni dan melibatkan aplikasi buatan perusahaan.

Logo Google. [Shutterstock]
Logo Google. [Shutterstock]

Seperti Google Play Protect (Google), Avast, AVG, Bitdefender, F-Secure, Kaspersky, NortonLifeLock, Trend Micro, dan lainnya.

Hasilnya, sembilan dari total 15 aplikasi mendapatkan skor tertinggi 18 dalam tes ketahanan.

Aplikasi tersebut dibuat oleh Avast, AVG, Bitdefender, F-Secure, G DATA, Kaspersky, McAfee, NortonLifeLock, dan Trend Micro.

Baca Juga: Cara Keluar dari Akun Google dengan Mudah

Kemudian di bawahnya ada aplikasi dari Avira, Protected.net, securiON dan AhnLab dengan skor 17,8 hingga 17,1 poin.

Perusahaan Australia Ikarus juga menerima 16 poin. Namun, Google Play Protect menjadi aplikasi dengan skor rendah dengan perolehan 6 poin.

Google mengklaim sistem Play Protect memindai lebih dari 100 miliar aplikasi setiap hari dan tersedia di 2,5 miliar perangkat aktif.

Namun, pemindaian skala besar maupun ketersediaannya yang luas tampaknya tidak memuaskan para peneliti di AV-Test.

Sebab, mereka menemukan bahwa Google hanya mendeteksi 68,8 persen dari total 20.000 aplikasi berbahaya dalam pengujian real-time.

Sebaliknya, aplikasi dari Avira, F-Secure, dan AhnLab ditemukan telah mencapai deteksi 99,8 dan 100 persen dalam pengujian yang sama.

Sistem Play Protect yang didukung machine learning juga menghasilkan peringatan palsu, lebih dari 70 kali dalam semua pengujian yang dilakukan oleh lembaga tersebut.

Logo Kaspersky. [Kaspersky]
Logo Kaspersky. [Kaspersky]

AV-Test menyarankan pengguna untuk tidak hanya mengandalkan Google Play Protect dan menggunakan aplikasi keamanan tambahan.

Sebagai informasi, Google Play Protect diperkenalkan pada 2017 dan diklaim dapat membantu mengurangi celah kerentanan di Android.

Namun, beberapa laporan terakhir menunjukkan bahwa meskipun Google Play Protect telah diterapkan secara default, beberapa aplikasi malware masih dapat menargetkan pengguna.

AV-Test pada 2017 juga menunjukkan bahwa tingkat deteksi malware dari Google Play Protect jauh di bawah rata-rata industri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI