Suara.com - Selama hampir 18 bulan setelah pandemi Covid-19 mulai berpengaruh pada laju kehidupan di seluruh dunia, para ilmuwan tak bosan memberi peringatan bahwa krisis iklim masih menjadi masalah berat bagi manusia.
Pada November 2019, lebih dari 11.000 ilmuwan menyatakan darurat iklim global.
Penelitian terbaru mengungkap, para ahli kini menunjukkan pandemi tidak bisa membalikkan keadaan planet yang memprihatinkan.
"Pelajaran utama dari Covid-19 adalah bahwa penurunan transportasi dan konsumsi besar pun tidak cukup. Sebaliknya, perubahan sistem transformasional diperlukan," tulis para ahli dalam pembaruan tersebut.
Baca Juga: Ditemukan Kalajengking Coklat dan Bayinya Pancarkan Warna Biru dan Ungu di Bawah Sinar UV
Tim yang dipimpin oleh profesor ekologi William Ripple dan peneliti ekosistem hutan Christopher Wolf dari Oregon State University, mengutip bencana banjir, kebakaran hutan, dan gelombang panas merupakan contoh perubahan iklim.
Meskipun data menunjukkan adanya penurunan dalam perjalanan udara, produk domestik bruto dunia, dan emisi karbon dioksida akibat pandemi.
Tapi, para ahli juga menemukan rekor tingkat karbon dioksida dan metana di atmosfer, dan pengasaman laut serta hilangnya es di seluruh dunia.
Para ilmuwan menyerukan penghapusan bahan bakar fosil dan polutan udara, peralihan ke sebagian besar pola makan nabati, dan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
"Dengan menghentikan eksploitasi habitat alami, kita dapat mengurangi risiko penularan penyakit zoonosis, melindungi stok karbon, dan melestarikan keanekaragaman hayati, semuanya pada saat yang bersamaan," kata Wolf, dikutip dari CNET, Rabu (28/7/2021).
Baca Juga: Ilmuwan: Vaksin COVID-19 untuk Cegah Kematian dan Turunkan Risiko Penularan
Wolf menambahkan, prioritas utama harus segera mengurangi gas rumah kaca secara drastis, terutama metana.
Sementara itu, Ripple menyimpulkan bahwa pertimbangan iklim harus menjadi bagian dari perencanaan pasca pandemi.
Panel Internasional tentang Perubahan Iklim berencana untuk merilis laporan baru tentang tren dan proyeksi pemanasan untuk masa depan.
Para ilmuwan juga berencana bertemu pada November di Glasgow untuk COP 26, konferensi perubahan iklim internasional terbaru.