Suara.com - Para peneliti dari Houston Methodist Neurological Institute asal Amerika Serikat, berhasil mengecilkan tumor otak dengan helm yang menggunakan medan magnet.
Hasilnya, helm ini mampu memperkecil tumor mematikan tersebut hingga sepertiganya.
Uji coba ini dilakukan pada pasien berusia 53 tahun yang tengah menjalani perawatan.
Sayangnya, pasien tersebut akhirnya meninggal dunia karena cedera yang tidak berkaitan dengan penyakitnya.
Baca Juga: Pentingnya Metode Ilmiah terhadap Efektivitas Penelitian
Setelah otaknya diotopsi, nyatanya helm tersebut telah menghilangkan 31 persen ukuran tumor dalam waktu perawatan selama sebulan.
"Berkat keberanian pasien ini dan keluarganya, kami dapat menguji dan memverifikasi potensi efektivitas terapi noninvasif pertama untuk glioblastoma (tumor otak) di dunia," kata David S. Baskin, peneliti di Houston Methodist, dikutip dari laman resmi Houston Methodist, Selasa (27/7/2021).
"Keputusan keluarga untuk mengizinkan otopsi setelah kematian memberikan kontribusi yang berharga untuk studi lebih lanjut dan pengembangan terapi yang berpotensi kuat ini," tambahnya.
Mengutip Engadget, Selasa (27/7/2021), helm ini memiliki tiga magnet berputar yang terhubung ke pengontrol elektronik, berbasis mikroprocessor dan dioperasikan dengan baterai yang bisa diisi ulang.
Sebagai bagian dari terapi, pasien mengenakan perangkat selama lima minggu di klinik dan di rumah dengan bantuan istrinya.
Baca Juga: Astaga! Emak-emak Tak Pakai Helm, Motor Selip Jatuh Hantam Aspal, Tewas Seketika
Awalnya, terapi helm magnet ini dijalankan selama dua jam. Kemudian terapi diperpanjang hingga maksimal enam jam per harinya.
Selama periode tersebut, massa dan volume tumor pasien menyusut hampir sepertiga. Penyusutan ini juga disebut berhubungan dengan dosis pengobatan.
Perangkat ini juga mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
Para peneliti mengklaim, suatu saat nanti perangkat ini dapat mengobati kanker otak tanpa perlu radiasi atau kemoterapi.
"Hasil kami akan membuka dunia baru terapi non-invasive dan nontoxic dengan banyak kemungkinan menarik di masa depan," jelas Baskin.