Awas, Ada Bahaya Mengintai Anak yang Belajar Gunakan Youtube dan Media Sosial

Liberty Jemadu Suara.Com
Sabtu, 24 Juli 2021 | 20:31 WIB
Awas, Ada Bahaya Mengintai Anak yang Belajar Gunakan Youtube dan Media Sosial
Anak yang belajar menggunakan Youtube dan aplikasi media sosial lebih rentang mengalami distraksi. Privasinya juga terancam. Foto: Ilustrasi belajar online (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Padahal, multitasking hanya optimal dilakukan pada pekerjaan yang berkaitan dan tingkat kesulitannya setara.

Pada aktivitas yang serupa dan berhubungan, otak manusia lebih mudah mencerna informasi. Misalnya, kegiatan membaca lebih efektif jika bersamaan dengan mendengar penjelasan terhadap materi tersebut, ketimbang mendengarkan tayangan lain di luar aktivitas belajar.

Riset menemukan bahwa saat anak tidak fokus pada satu tipe pekerjaan ketika belajar, daya konsentrasi mereka menjadi menurun.

Lebih dari sekadar mengalami gangguan fokus, memindahkan tayangan program pembelajaran ke Youtube bahkan berpotensi membuat banyak anak menunda waktu belajar (procrastinating).

Survei di Inggris pada tahun 2018 pada 2000 siswa berusia 11-15 tahun menunjukkan bahwa YouTube lebih menganggu pembelajaran ketimbang televisi. Anak-anak yang disurvei menyatakan mereka rela menunda aktivitas belajar demi menonton video Youtube.

Privasi anak sangat berharga

Semenjak online learning intensif dilakukan, proses pembelajaran yang dilakukan guru di Youtube atau media sosial lain semakin meningkat.

Akibatnya, semakin banyak siswa yang juga harus memuat data-data yang harusnya bersifat pribadi – foto, tempat sekolah, terkadang juga kontak – misalnya dengan mendaftar akun baru atau mengunggah video perkenalan diri untuk pelajaran bahasa Inggris.

Riset menunjukkan siswa yang menggunakan media sosial kebanyakan tidak menutup identitas pribadi atau menyeleksi akses orang lain terhadap akun media sosial mereka.

Baca Juga: Cara menggunakan Youtube Shorts yang Baru Meluncur di Indonesia

Pada anak, hal ini menjadi lebih rawan karena mengekspos mereka pada cyberbullying (perundungan digital), pelecehan, sexting (kiriman pesan berbau seksual), serta pelanggaran lain ketika usia mereka belum dewasa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI