Terungkap, Deretan Masalah Keluarga di Asia Pasifik Ini saat Belajar Online Anak

Dythia Novianty Suara.Com
Selasa, 20 Juli 2021 | 16:21 WIB
Terungkap, Deretan Masalah Keluarga di Asia Pasifik Ini saat Belajar Online Anak
Ilustrasi Belajar Online (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kaspersky baru-baru ini, mengidentifikasi tantangan teknis keluarga di kawasan Asia Pasifik (APAC), selama pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Lebih dari setengah atau satu dari setiap dua keluarga di Asia Pasifik (49 persen), dengan dua atau lebih anak harus membeli atau menyewa perangkat tambahan demi mendukung jalannya pembelajaran.

Angka ini merupakan yang tertinggi kedua secara global, setelah Afrika (62 persen). Amerika Latin mengikuti di 48 persen, sementara Timur Tengah mencatat yang terendah di 42 persen.

Menariknya, lebih dari separuh anak-anak di Asia Pasifik (59 persen) melakukan kelas online mereka melalui ponsel cerdas.

Baca Juga: Wajib Tahu, Tips Aman Bekerja dari Rumah

Tiga dari lima anak dari wilayah tersebut (60 persen) mengalami kesulitan teknis untuk terhubung ke pembelajaran online secara teratur atau berkala.

Mayoritas (79 persen) mendapat bantuan dari orang tua mereka agar perangkat mereka berfungsi.
Namun, 16 persen anak-anak tersebut menyelesaikan masalah teknis mereka sendiri.

Sejumlah pelajar dari berbagai jenjang sekolah mengerjakan tugas dengan metode pembelajaran jarak jauh menggunakan fasilitas Wi-Fi gratis di balai warga RW 005 Kelurahan Kuningan Barat, Jakarta, Selasa (1/9/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Ilustrasi sejumlah pelajar belajar online dengan ponsel pintar. [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Studi kami membuktikan bahwa keharusan transisi massal ke pembelajaran online membawa kesulitan tidak hanya dalam hal penguasaan kurikulum, tetapi juga masalah teknis," kata Chris Connell,
Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.

Menurutnya, banyak keluarga harus membeli perangkat tambahan atau meminjamnya dari teman atau sekolah, serta menginstal program dan secara berkala menyelesaikan masalah internet.

“Ini terbukti menjadi salah satu kesulitan bagi orang tua dan anak-anak," tambah Connell.

Baca Juga: Mulai Bosan? Simak 5 Cara agar Belajar Online Menjadi Lebih Mengasyikan

Untuk dapat tetap mengikuti pembelajaran, banyak anak-anak dari Asia Pasifik harus menginstal
program tambahan di perangkat mereka.

Misalnya, 38 persen mulai menggunakan layanan konferensi video baru dan 43 persen mengunduh simulator interaktif dan program edukasi lainnya.

Beberapa orang tua (23 persen) juga merasa perlu untuk mulai menggunakan solusi keamanan.

"Pembelajaran jarak jauh didasarkan pada semua jenis alat siap pakai untuk berkomunikasi di komunitas pribadi atau publik," kata Sergey Mardanov, Direktur Hubungan Universitas di Mail.ru Group.

Ilustrasi Mahasiswa Kuliah Online. (Pixabay)
Ilustrasi Mahasiswa Kuliah Online. (Pixabay)

Termasuk, dia menambahkan, ruang obrolan untuk kelas, siaran kuliah streaming langsung, penyelenggaraan pelajaran video jarak jauh melalui panggilan grup dan mengunggah materi pembelajaran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI