Pasien Isoman Jangan Panik, Pantau Kesehatan lewat Telemedisin hingga WhatsApp Grup

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 19 Juli 2021 | 05:45 WIB
Pasien Isoman Jangan Panik, Pantau Kesehatan lewat Telemedisin hingga WhatsApp Grup
Ilustrasi penggunaan WhatsApp. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tingginya angka Covid-19 memaksa banyak orang melakukan isolasi mandiri (isoman). Jangan khawatir, kamu tetap bisa terpantau lewat fasilitas Telemedisin dan berbagai aplikasi perpesan seperti WhatsApp Grup dan Telegram.

Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Moh. Adib Khumaidi mengatakan, fasilitas telemedisin baik yang dibuat fasilitas kesehatan maupun yang menggunakan platform komunikasi yang tidak spesifik seperti WhatsApp, Telegram dan lainnya bisa menjadi sarana pelaporan dan pemantauan masyarakat yang melakukan isolasi mandiri (isoman).

"Beberapa teman di IDI cabang seperti Surabaya, Sulawesi Tenggara aktif juga membuka hotline, WA grup bisa menjadi sarana melaporkan masyarakat yang melakukan isolasi mandiri sambil melakukan pemantauan," kata dia dalam diskusi media via daring yang diselenggarakan PB IDI, dilansir laman Antara, Senin (19/7/2021).

Masyarakat juga sebaiknya mendapatkan pemahaman kapan harus melakukan isolasi mandiri dan ke rumah sakit.

Baca Juga: Susul Sang Istri, Mantan Anggota DPRD Jember Meninggal saat Isolasi Mandiri di Rumah

"Bagaimana peran masyarakat melalui triage community, melalui Satgas COVID-19 RT/RW, kemudian mengedukasi kegawatdaruratan, isolasi mandiri yang terpantau, adanya hotline number, ambulans ready dari komunitas, kualitas pelayanan, sistem rujukan berjenjang (tidak semua harus dibebankan pada satu rumah sakit tertentu)," kata Adib.

Dalam hal ini, penting untuk tidak mendorong pasien menumpuk di UGD. Primary triage sebaiknya berada di luar UGD, sementara secondary triage barulah di UGD,

Ilustrasi Telemedisin. [Tumisu/Pixabay]
Ilustrasi Telemedisin. [Tumisu/Pixabay]

"Kalau dalam penilaian rumah sakit kolaps, jawabannya bukan menambah kapasitas tempat tidur, tetapi harus disiapkan rumah sakit lapangan di wilayah yang terdapat kondisi overload fasilitas kesehatan," tutur Adib.

Angka kasus Covid-19 yang meningkat bisa berdampak pada pasien rawatan yang ikut meningkat begitu juga dengan okupansi ruang rawat dan okupansi ruang HCU dan ICU.

Bila kondisi ini terus terjadi, maka potensi rumah sakit kolaps bisa semakin meluas.

Baca Juga: Viral Wanita Diintip Tetangga saat Isoman Covid-19, Pagar Rumah Dicoret-coret

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI