Perhatian! Ini Sisi Buruk Kebiasaan Multitasking

Dythia Novianty Suara.Com
Minggu, 11 Juli 2021 | 08:30 WIB
Perhatian! Ini Sisi Buruk Kebiasaan Multitasking
Ilustrasi multitasking. [David Bruyland/Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebiasaan multitasking kerap punya keuntungan dalam mempercepat selesainya tugas. Rupanya, multitasking juga berdampak buruk bagi seseorang.

Menurut penelitian psikolog klinis dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Pritta Tyas Mangestuti, terutama para ibu yang punya kebiasaan multitasking bisa sangat menghabiskan energi sehingga menyebabkan kelelahan.

"Multitasking ini sangat menghabiskan energi, membuat kita kelelahan, bisa menurunkan IQ kalau terlalu sering multitasking," kata dia dilansir laman Antara, Minggu (11/7/2021).

Dampak buruk multitasking sudah diperlihatkan berbagai studi.

Baca Juga: Tikungan Masih Jadi Masalah Utama Fitur Adaptive Cruise Control Mobil

Studi pada 2008 yang dilakukan peneliti dari University of Utah, Amerika Serikat menemukan seseorang mungkin perlu waktu lebih lama untuk menyelesaikan dua tugas sekaligus, ketimbang mengerjakannya secara terpisah.

Selain itu, studi dari University of California Irvine menunjukkan, ada risiko orang hubungan antara stres dan multitasking.

Ilustrasi Stres (freepik)
Ilustrasi Stres (freepik)

Menurut peneliti, pegawai yang tidak memiliki akses ke email kantor melakukan lebih sedikit multitasking, karenanya tidak terlalu stres.

Sementara itu, pegawai yang memiliki akses ke email kantor sehingga menerima aliran pesan tetap berada dalam mode waspada tinggi terus-menerus dengan detak jantung yang lebih tinggi.

Multitasking berisiko membuat seseorang kehilangan sesuatu.

Baca Juga: Meningkatkan Produktivitas, Apakah Perlu Multitasking Saat Bekerja?

Sebuah studi pada 2009 dari Western Washington University, menemukan, sebanyak 75 persen mahasiswa yang berjalan melintasi alun-alun kampus sambil berbicara di ponsel, mereka tidak melihat badut mengendarai unicycle di dekatnya.

Para peneliti menyebut ini "kebutaan yang tidak disengaja".

Menurut mereka, meskipun pembicara ponsel secara teknis melihat sekeliling mereka, tidak ada yang benar-benar terekam di otak mereka.

Hal lain yang tak kalah penting, saat melakukan dua hal sekaligus misalnya membaca buku diselingi menonton televisi, seseorang akan kehilangan detail penting dari salah satu atau keduanya.
Menyela satu tugas untuk tiba-tiba fokus pada yang lain bisa cukup untuk mengganggu memori jangka pendek.

Mana yang lebih sering Anda pikirkan, makan atau bercinta?
Ilustrasi otak manusia. [Shutterstock]

Multitasking membutuhkan banyak hal yang dikenal sebagai memori kerja.

Ketika memori kerja habis, maka dapat menghilangkan kemampuan seseorang untuk berpikir kreatif, menurut penelitian dari University of Illinois di Chicago.

"Terlalu banyak fokus sebenarnya dapat merusak kinerja pada tugas pemecahan masalah yang kreatif. Dengan begitu banyak hal yang sudah terjadi di kepala mereka, para multitasker sering merasa lebih sulit untuk melamun dan menghasilkan 'momen a ha' yang spontan," demikian kata peneliti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI