Hacker Minta Tebusan Rp 1 Triliun Usai Retas 900 Perusahaan, Termasuk di Indonesia

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 05 Juli 2021 | 17:34 WIB
Hacker Minta Tebusan Rp 1 Triliun Usai Retas 900 Perusahaan, Termasuk di Indonesia
Peretas membobol ratusan perusahaan menggunakan ransomware REvil pada 2 Juli 2021. Termasuk di antara ratusan korban adalah perusahaan asal Indonesia. Foto: Ilustrasi hacker atau peretas. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peretas meminta tebusan sebesar 70 juta dolar Amerika Serikat atau setara dengan sekitar Rp 1 triliun setelah pekan lalu membobol sekitar 900 perusahaan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Mereka berjanji akan mengembalikan data yang mereka rampas jika tebusan dibayarkan.

Permintaan itu diunggah di sebuah blog yang biasa digunakan oleh geng kejahatan siber REvil, sebuah kelompok yang diduga berkaitan dengan Rusia dan punya nama di antara para pemeras online.

Serangan ransomware REvil yang dieksekusi kelompok itu pada Jumat (2/7/2021) adalah salah satu serangan siber paling dramatis yang mencuri perhatian dunia.

Geng itu berhasil menerobos ke Kaseya, perusahaan teknologi informasi yang berbasis di Miami, Amerika Serikat. Memanfaatkan akses di perusahaan itu, mereka berhasil membobol akun-akun klien dan memicu rentetan reaksi berantai yang melunmpuhkan komputer milik ratusan perusahaan di seluruh dunia.

Baca Juga: 1.000 Perusahaan AS Kena Serangan Siber, Joe Biden Dikecam

Seorang direktur di Kaseya mengatakan bahwa pihaknya mengetahui permintaan tebusan itu. Sayang ia enggan memberikan penjelasan lebih lanjut.

Perusahaan yang menjadi korban serangan itu berlokasi di berbagai negara, mulai dari Eropa, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Asia. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan perusahaan keamanan siber ESET, disebut juga ada beberapa perusahaan di Indonesia yang menjadi korban.

Belum diketahui perusahaan apa saja di Indonesia yang terdampak serangan siber ini dan separah apa dampaknya. Di negara lain, efek serangan ini cukup besar. Misalnya di Swedia, sebanyak 800 toko milik perusahaan ritel Coop ditutup karena software mereka terganggu.

Allan Liska, pakar keamanan siber dari Recorded Future mengatakan bahwa peretas seperti ini biasanya fokus pada satu perusahaan besar.

Ini pernah terjadi bulan Juni lalu, ketika perusahaan Brasil, JBS terkena serangan REvil dan sisem produksinya terganggu. JBS mengaku mereka akhirnya membayar sebesar 11 juta dolar AS atau sekitar Rp 159,2 miliar kepada peretas agar sistem mereka kembali normal. [Reuters]

Baca Juga: Data 700 Juta Pengguna LinkedIn Dijual di Internet

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI