Suara.com - Johnson & Johnson mengumumkan vaksin Covid-19 buatannya sangat efektif melawan varian Delta.
Analisis dilakukan hanya pada sejumlah kecil peserta dan belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Meskipun begitu, ini menunjukkan bahwa vaksin Johnson & Johnson dapat membantu Amerika Serikat (AS) melawan varian yang sangat menular tersebut.
Varian Delta (B.1.617.2) pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020 dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkannya sebagai "varian yang menjadi perhatian" pada Mei 2021.
Baca Juga: Target Vaksin Tak Tercapai, Warga Cemas Sambut HUT AS di Tengah Gempuran Varian Delta
Varian ini telah menyebar setidaknya ke 92 negara. Di Inggris, tercatat varian Delta menyumbang lebih dari 90 persen kasus baru yang didiagnosis dan 20 persen kasus baru di Amerika Serikat.
Varian Delta diperkirakan sekitar 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha.
Studi terbaru oleh Public Health England menemukan bahwa vaksin Covid-19 Pfizer 88 persen efektif terhadap varian Delta, sementara vaksin AstraZeneca 60 persen efektif.
Tetapi sedikit yang diketahui tentang seberapa protektif vaksin Johnson & Johnson terhadap varian Delta.
Beberapa ahli memperkirakan bahwa vaksin Johnson & Johnson akan memberikan perlindungan yang sama terhadap varian Delta seperti vaksin AstraZeneca.
Baca Juga: Vaksin AstraZeneca Diklaim Efektif Lawan dari Varian Delta, Benarkah?
Namun, kedua vaksin tersebut memiliki beberapa perbedaan, yang utama adalah bahwa vaksin Johnson & Johnson diberikan dalam satu dosis, sedangkan AstraZeneca diberikan dalam dua dosis.
Dilansir dari Live Science, Senin (5/7/2021), para ahli melakukan dua analisis terpisah untuk menguji vaksin Johnson & Johnson terhadap varian Delta.
Analisis pertama didasarkan data dari delapan peserta yang terlibat dalam uji coba fase III perusahaan.
Data mengungkapkan bahwa vaksin menghasilkan antibodi terhadap varian Delta.
Sementara analisis kedua, dilakukan para peneliti di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, menganalisis data dari 20 peserta yang terdaftar dalam uji klinis sebelumnya.
Para ahli menemukan bahwa vaksin Johnson & Johnson melindungi seseorang dari Covid-19, setidaknya selama delapan bulan dan menghasilkan antibodi terhadap berbagai varian virus yang menjadi perhatian, termasuk Delta.
Tingkat antibodi yang dihasilkan meningkat seiring waktu.
Biasanya, orang-orang memiliki jumlah rata-rata antibodi yang lebih tinggi delapan bulan setelah divaksinasi dibandingkan dengan 29 hari setelah divaksinasi.
"Data selama delapan bulan yang dipelajari sejauh ini menunjukkan bahwa vaksin tunggal Johnson & Johnson, menghasilkan respons antibodi penetralisir yang kuat, yang meningkat dari waktu ke waktu," kata Dr. Mathai Mammen, kepala global Janssen Research & Development di Johnson & Johnson.
Di sisi lain, Moderna dan Pfizer sebelumnya sama-sama mengumumkan bahwa vaksin buatannya mampu melindungi setidaknya selama enam bulan.