1.000 Perusahaan AS Kena Serangan Siber, Joe Biden Dikecam

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 05 Juli 2021 | 05:35 WIB
1.000 Perusahaan AS Kena Serangan Siber, Joe Biden Dikecam
Presiden Amerika Serikat Joe Biden. (Instagram/@joebiden)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dikecam karena dianggap 'lemah terhadap Putin'.

Hal ini disebabkan tanggapannya yang diduga lambat terhadap serangan siber global yang telah mempengaruhi setidaknya 1.000 perusahaan di Amerika Serikat, dan telah dikaitkan dengan peretas Rusia.

Pemimpin Minoritas DPR Kevin McCarthy mentweet pada Sabtu (3/7/2021), merujuk berita dari Juni bahwa Biden telah memberi presiden Rusia Vladimir Putin daftar target yang terlarang untuk serangan dunia maya.

"Ingat ketika Presiden Biden memberi Putin daftar hal-hal yang seharusnya terlarang untuk serangan dunia maya? Apa yang HARUS dia katakan adalah bahwa SEMUA target Amerika terlarang," cuit McCarthy.

Baca Juga: Amerika Serikat Siapkan 13 Juta Stasiun Pengisian Baterai Kendaraan Listrik

"Biden lunak terhadap kejahatan dan lemah terhadap Putin."

Biden telah memperingatkan bahwa AS akan membalas jika mengetahui Rusia berada di balik serangan siber massal yang melanda setidaknya 1.000 perusahaan Amerika menjelang akhir pekan 4 Juli.

Vladimir Putin (kiri) dan Joe Biden (kanan) saat bertemu untuk pertama kalinya sebagai presiden.[Anadolu Agency]
Vladimir Putin (kiri) dan Joe Biden (kanan) saat bertemu untuk pertama kalinya sebagai presiden.[Anadolu Agency]

Presiden mengatakan kepada wartawan bahwa belum jelas siapa yang berada di balik pelanggaran keamanan siber terbaru untuk menyerang bisnis Amerika.

Dia bersikeras 'akan menanggapi' jika itu terkait dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Kami tidak yakin siapa itu," katanya, saat dia merayakan awal pekan 4 Juli, dilansir laman Daily Mail, Senin (5/7/2021).

Baca Juga: Sebut Ada Penjilat di Sekitar Jokowi, Rizal Ramli Sindir Pengumbar 'Bisa Ini, Bisa Itu'

"Pemikiran awalnya bukan pemerintah Rusia, tapi kami belum yakin. Jika itu dengan sepengetahuan dan/atau konsekuensi dari Rusia, maka saya mengatakan kepada Putin bahwa kami akan merespons," tegasnya.

Peringatan itu muncul setelah kedua pemimpin bertemu di KTT Jenewa bulan lalu, di mana Biden memperingatkan Putin akan ada konsekuensi jika serangan ransomware terus menyerang AS dari Rusia.

Pakar keamanan siber Dmitri Alperovitch dari think tank Silverado Policy Accelerator mengatakan, dia yakin serangan terbaru bermotivasi finansial dan bukan diarahkan Kremlin.

Namun, dia mengatakan itu menunjukkan bahwa Putin 'belum bergerak' untuk menutup penjahat dunia maya di Rusia, setelah Biden menekannya untuk melakukannya pada pertemuan puncak Juni mereka di Swiss.

Dalam beberapa bulan terakhir, infrastruktur penting negara itu telah menjadi korban serangan dari kelompok kriminal dunia maya yang diduga berbasis di Rusia.

Salah satu pengangkut bahan bakar terbesar dan salah satu pemasok daging terbesar AS tutup selama berhari-hari setelah peretasan.

Biden mengatakan bahwa dia belum berbicara dengan Putin sejak pelanggaran terakhir atau sejak pertemuan mereka di Jenewa.

Ilustrasi serangan siber (Shutterstock).
Ilustrasi serangan siber (Shutterstock).

"Saya mengarahkan sumber daya penuh dari pemerintah untuk membantu dalam respon jika diperlukan," katanya.

"Saya mengarahkan komunitas intelijen untuk memberi saya pemahaman mendalam tentang apa yang terjadi. Aku akan tahu lebih baik besok.'

Badan Keamanan Cybersecurity dan Infrastruktur AS (CISA) mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya mengambil tindakan untuk memahami dan mengatasi serangan ransomware rantai pasokan baru-baru ini.

Sekitar 1.000 bisnis AS terkena dampak serangan cyber 'kolosal' pada hari Jumat, melumpuhkan jaringan komputer mereka.

Perusahaan di seluruh dunia di setidaknya 17 negara diperkirakan juga terpengaruh.

Para peretas pertama kali menargetkan perusahaan TI yang berbasis di Florida, Kaseya, sebelum menyebar ke perusahaan lain yang menggunakan perangkat lunak perusahaan.

Pelanggaran itu ditemukan Jumat sore karena banyak bisnis sudah tutup atau mengucapkan selamat tinggal kepada karyawan untuk akhir pekan Hari Kemerdekaan yang panjang.

Ilustrasi uang tebusan diserahkan agar peretas membuka akses komputer yang dikunci oleh ransomware. [Shutterstock]
Ilustrasi uang tebusan diserahkan agar peretas membuka akses komputer yang dikunci oleh ransomware. [Shutterstock]

Perusahaan keamanan Huntress mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya yakin geng cyber ransomware REvil yang terkait dengan Rusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI