Twitter, TikTok, Google, dan Facebook Janji Tingkatkan Keamanan Online untuk Perempuan

Minggu, 04 Juli 2021 | 15:00 WIB
Twitter, TikTok, Google, dan Facebook Janji Tingkatkan Keamanan Online untuk Perempuan
Ilustrasi media sosial di iphone. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Twitter, TikTok, Google, dan Facebook, berkomitmen mengatasi tindakan penyimpangan terharap perempuan di ranah online.

Mereka juga berjanji bakal meningkatkan keamanan bagi pengguna perempuan di platform tersebut.

Komitmen ini dungkap dalam UN Generation Equality Forum atau Forum Keseteraan Generasi PBB di Paris, beberapa waktu lalu.

Hal ini datang setelah keempatnya berkonsultasi dengan World Wide Web Foundation (WWWF), selama setahun terakhir.

Baca Juga: Persiapan Pernikahan Rampung, Pasangan Ini Tak Bisa Apa-apa Gegara PPKM

Langkah ini dilakukan demi memantau kekerasan dan pelecehan yang dilakukan di media online.

WWWF mengatakan, konsultasi tersebut menunjukkan bahwa perempuan menginginkan kontrol lebih besar atas siapa yang dapat membalas atau mengomentari unggahan di media sosial mereka.

ilustrasi kekerasan terhadap perempuan [shutterstock]
ilustrasi kekerasan perempuan [shutterstock]

Mereka juga ingin memiliki lebih banyak pilihan seputar apapun dan kapanpun yang dilihat di platform.

"Perusahaan telah berjanji untuk membangun cara yang lebih baik untuk perempuan dalam mengatur keamanan mereka secara online," kata WWWF sebagaimana dilaporkan The Verge, Minggu (4/7/2021).

Adapun cara yang ditawarkan adalah pengaturan yang lebih rinci seperti siapa yang dapat melihat, share, atau mengomentari unggahan.

Baca Juga: Bukti Cinta Kakek Ini Bikin Ngakak, Pake Kacamata Hitam Demi Istrinya

Kemudian ada bahasa yang dibuat lebih sederhana dan mudah diakses. Selanjutnya, ada navigasi dan akses lebih mudah ke tools keselamatan.

Terakhir adalah mengurangi jumlah konten pelecehan yang berpotensi dilihat pengguna perempuan.

Sayangnya, cara terakhir ini justru dikritik lantaran dihapusnya konten bukan berarti menghilangkan konten pelecehan di ranah digital.

Pelecahan online akan terus ada, dengan itulah pengguna diminta untuk melaporkan konten atau akun yang disinyalir melakukan pelecehan.

Nantinya, keempat media ini akan melakukan perbaikan pada sistem pelaporan mereka.

Perusahaan juga memungkinkan kapasitas lebih besaruntuk menangani konteks dan bahasa yang disinyalir bentuk pelecehan atau ancaman verbal lebih halus.

Vijaya Gadde selaku Kepala Hukum, Kebijakan Publik, dan Kepercayaan & Keamanan Twitter berkomitmen bahwa menjaga semua pengguna Twitter agar aman dan bebas dari penyalahgunaan adalah prioritas utamanya.

Ilustrasi Twitter. [Claudio Schwarz | @purzlbaum/Unsplash]
Ilustrasi Twitter. [Claudio Schwarz | @purzlbaum/Unsplash]

"Meskipun kami telah membuat langkah baru-baru ini dalam memberi pengguna kontrol yang lebih besar untuk mengelola keselamatan mereka, kami tahu masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," tulis Gadde dalam pernyataannya.

Gadde menyebut, perilaku kasar tidak akan mendapat tempat di platformnya.

Sebab, itu bisa menyakiti dan merusak kesehatan dalam peran yang dimainkan Twitter sebagai platform untuk berekspresi dan bertukar ide.

Kepala Keamanan Global Facebook, Antigone Davis mengatakan, perusahaannya berharap dapat bekerja sama dengan perusahaan teknologi lain untuk membuat internet lebih aman bagi perempuan.

"Untuk menjaga perempuan aman dari penyalahgunaan, eksploitasi, dan pelecehan online dan offline, kami secara teratur memperbarui kebijakan, tools, dan teknologi kami dengan berkonsultasi dengan para ahli di seluruh dunia, termasuk dengan lebih dari 200 organisasi keselamatan wanita," kata Davis.

Ilustrasi Facebook. [Austin Distel/Unsplash]
Ilustrasi Facebook. [Austin Distel/Unsplash]

Tara Wadhwa selaku Direktur Kebijakan TikTok AS, dalam sebuah unggahan blog menyatakan, untuk beberapa bulan ke depan perusahaan akan mengembangkan dan menguji sejumlah perubahan potensial di platformnya untuk menjadikan TikTok lebih aman bagi pengguna wanita.

Sementara Google belum memberikan pernyataan terkait masalah tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI