Suara.com - Pengelolaan pusat data menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pengadaan Pusat Data Nasional.
Langkah ini sebagai upaya menjaga ketahanan digital dan mempercepat transformasi digital yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
Koordinator Infrastruktur dan Teknologi Interoperabilitas Pemerintahan Kemkominfo, Ade Frihadi menyampaikan bahwa butuh kompetensi dan kapasitas tinggi dalam mengelola data center.
Kenyataannya saat ini, menurut Ade, ASN yang ada belum banyak yang memiliki kemampuan IT.
Senada dengan Ade, Hendra Suryakusuma, Ketua Umum Asosiasi Data Center Indonesia (IDPRO) menyampaikan bahwa tantangan terbesar dalam pembangunan dan pengelolaan data center.
Hampir 73 persen downtime operasional data center disebabkan oleh personal yang tidak mumpuni.
![Ilustrasi Tower Telekomunikasi [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2018/09/29/33291-ilustrasi-tower-telekomunikasi-shutterstock.jpg)
"Kami di Industri pun merasa kekurangan SDM yang mumpuni. Oleh karenanya kami bekerjasama dengan Universitas Indonesia pada fakultas teknik elektronya untuk bisa memiliki kurikulum khusus data center," ungkap Hendra dalam keterangan resminya.
Oleh karenanya Hendra berpendapat, Kominfo hanya fokus pada pembangunan infrastruktur yang sebenarnya merupakan ranah pelaku usaha di industri.
"Kemenkominfo sebagai regulator seharusnya mendukung penyelenggara data center nasional dengan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas industri nasional, dan tidak menjadi pesaing pelaku industri yang sudah berinvestasi," ungkap Hendra.
Baca Juga: Pemda NTT Diminta Dukung Pembangunan Pusat Data Nasional di Labuan Bajo
Lebih lanjut disampaikan Hendra, pembangunan Pusat Data Nasional tidak menjadi solusi permasalahan industri data center nasional.