Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menambahkan vaksin Sinovac yang dikembangkan China, ke daftar vaksin Covid-19 yang disetujui untuk penggunaan darurat.
Sejak awal pandemi, tim ilmuwan di seluruh dunia berusaha mengembangkan vaksin untuk melawan Covid-19. Saat ini, ada beberapa vaksin yang telah disetujui oleh WHO, salah satunya Pfizer.
Setiap vaksin tentunya memiliki cara kerja yang berbeda. Dilansir dari CGTN, Kamis (1/7/2021), berikut ini hal-hal yang harus diketahui tentang perbedaan antara vaksin Sinovac dan Pfizer:
1. Vaksin Sinovac
Baca Juga: Singapura: Warga yang Disuntik Vaksin Sinovac Akan Diperlakukan Khusus
Vaksin yang dibuat oleh China ini disebut juga sebagai CoronaVac. Sinovac dikembangkan menggunakan teknologi yang telah digunakan secara tradisional dan terbukti bekerja dengan aman serta efisien pada manusia.
Dalam vaksin ini, partikel dari virus dinonaktifkan dengan menggunakan bahan kimia, kemudian disuntikkan ke dalam tubuh.
Kondisi ini akan memicu respons kekebalan tubuh manusia yang mencegah seseorang sakit parah ketika tertular Covid-19.
Untuk pemberian vaksin ini, diperlukan dua dosis vaksin dengan jarak 21 hari.
Dari segi efektivitas, para peneliti di negara-negara tempat uji klinis diadakan menemukan hasil yang berbeda.
Baca Juga: Good News! Vaksin Pfizer Mendarat Agustus, Jumlah Vaksin Masuk Indonesia Makin Banyak
Para ahli di Universitas Chili melaporkan bahwa vaksin itu 56,5 persen efektif dua minggu setelah dosis kedua diberikan.
Sementara, peneliti di Brasil menemukan vaksin Sinovac 62,3 persen efektif setelah dosis kedua dengan interval dosis yang lebih lama.
Sedangkan peneliti di Turki melaporkan kemanjuran vaksin 83,5 persen.
Namun tampaknya, vaksin terbukti lebih efektif saat diberikan dalam kehidupan nyata, bukan pengujian.
Di Indonesia, penelitian yang melibatkan petugas kesehatan yang menerima CoronaVac melaporkan, efektivitas vaksin sebesar 98 persen mampu melindungi petugas medis dari kematian dan 96 persen dari potensi rawat inap setelah tujuh hari penerimaan dosis kedua.
Tetapi, penilaian WHO terhadap Sinovac menempatkan vaksin itu pada efektivitas 51 persen, dalam mencegah munculnya gejala dan 100 persen efektif dalam mencegah potensi rawat inap.
CoronaVac adalah vaksin yang paling banyak diberikan di Brasil. Para ahli di sana mengatakan, kemanjurannya tidak berkurang ketika melawan varian Gamma.
Untuk penyimpanan, vaksin dapat disimpan pada suhu lemari es biasa.
Vaksin Pfizer merupakan hasil kolaborasi perusahaan bioteknologi Jerman bernama BioNTech dengan perusahaan farmasi asal Amerika, Pfizer.
Pfizer menggunakan teknologi mRNA yang bekerja secara berbeda dari pendekatan tradisional.
Vaksin tersebut mengandalkan messenger RNA, kode genetik yang masuk ke dalam sel manusia untuk membuatnya menghasilkan antibodi yang secara khusus, disesuaikan dengan virus Corona.
Hasil uji coba Pfizer menunjukkan bahwa vaksin itu 95 persen efektif dalam 28 hari sejak dosis pertama.
Namun, bukti nyata yang dihasilkan pada Maret 2021 menunjukkan vaksin itu 97 persen efektif dalam mencegah gejala Covid-19 setelah dosis kedua.
Pada bulan yang sama, Pfizer mengumumkan bahwa vaksin itu 100 persen efektif dalam mencegah Covid-19 di antara anak-anak berusia 12 hingga 15 tahun.
Dalam studi yang diterbitkan oleh Public Health England (PHE) pada 22 Mei, menunjukkan vaksin Pfizer adalah 88 persen efektif terhadap varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India.
Sementara itu, vaksin 93 persen efektif pada varian Alpha, yang pertama kali terdeteksi di Inggris, setelah pemberian dua dosis vaksin.
Sedangkan data dari Pfizer menunjukkan vaksinnya 100 persen efektif melawan varian Beta dari Afrika Selatan.
Untuk penyimpanan, Pfizer memiliki satu kelemahan. Vaksin ini harus disimpan pada suhu minus (-) 70 derajat Celcius.