Suara.com - Hari ini, 30 Juni, diperingati sebagai Asteroid Day. Bagaimana sejarah Asteroid Day, jatuhnya meteorit terbesar yang pernah menghantam Bumi ini?
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin bercerita salah satu dampak paling besar dari jatuhnya asteroid ke Bumi adalah peristiwa Tunguska yang terjadi pada 30 Juni 1908.
Asteroid yang menghantam wilayah Rusia tersebut mampu meratakan 80 juta pohon di hutan seluas 2.150 km persegi atau tiga kali luas jakarta.
Kejadian bermula pada 07.17 waktu setempat, di mana langit memperlihatkan sebuah bola api yang meluncur cepat dan berukuran lebih besar dari Matahari yang dilihat dari Bumi.
Baca Juga: Bolehkan Menyimpan Meteorit Jatuh ke Bumi untuk Koleksi Pribadi?
Setelah bola api lenyap, meteorit itu membuat ledakan keras dan menggetarkan Bumi.
Saksi mata yang berlokasi dengan jarak 80 km dari pusat ledakan merasakan embusan angin panas dan terlempar dari kursinya.
Sedangkan saksi lainnya, menyatakan orang-orang ketakutan berkumpul di jalanan karena tidak mengerti apa yang terjadi.
Thomas mengatakan suara ledakan tersebut terdengar dari jarak 800 km atau setara jarak lurus Serang-Surabaya.
Beruntung pusat ledakan terjadi di daerah tak berpenduduk.
Baca Juga: Terungkap! Penyebab Manusia Berhenti Hidup Nomaden
"Peristiwa ini kemudian diperingati sebagai Asteroid Day yang jatuh pada 30 Juni. Peringatan ini juga ditujukan untuk membangun kesadaran publik terkait potensi ancaman asteroid," jelasnya.
Asteroid yang jatuh ini diketahui berukuran 100 meter setelah menembus lapisan ozon, berbobot sekitar 1 juta ton, dan memiliki kecepatan hingga 108.000 km per jam.
Gelombang kejut yang dihasilkan mencapai ketinggian hingga 10 km.
Di Indonesia, peristiwa jatuhnya asteroid terbesar muncul pada 8 Oktober 2009 di Sulawesi Selatan yang dijuluki asteroid Bone.
Gelombang kejutnya menggetarkan kaca jendela rumah warga. Asteroid ini memiliki ukuran 10 meter setelah menembus ozon.
Hingga saat ini, Thomas mengatakan total ada 25.000 asteroid yang kini mengelilingi Bumi.
Dari total jumlah tersebut, ada ratusan asteroid berukuran terbesar dengan diameter 1 km.
Kemudian asteroid yang berukuran besar dengan diameter lebih dari 140 meter berjumlah sekitar 10.000-an.
"Jika asteroid yang besar ini jatuh ke bumi, terutama di laut, itu bisa menyebabkan tsunami. Sementara kalau jatuhnya ke tanah, itu bisa membentuk kawah," kata Thomas dalam webinar Asteroid Day 30 Juni, secara virtual, Rabu (30/6/2021).
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, Thomas mengatakan, kemungkinan jatuhnya asteroid ke Bumi yang berdampak besar seperti Tunguska akan jarang terjadi.
Sebab, beberapa negara seperti Amerika Serikat dan China, telah memiliki peralatan yang bisa mengubah orbit asteroid dan mengubah lokasi jatuhnya ke daratan tak berpenghuni.
"Kemungkinan jatuhnya asteroid ke wilayah perkotaan sangat kecil. Asteroid yang masuk ke bumi itu tiap hari ada, ribuan ton. Tapi susah menembus lapisan ozon, terbakar duluan di sana," kata Thomas.
Sekalipun ada yang terdeteksi, tambahnya, sebuah rudal akan diarahkan ke asteroid tersebut dan mengubah lokasi jatuh ke wilayah tak berpenduduk.
"Di ruang antar planet, asteroid itu jumlahnya banyak sekali. Yang masuk ke Bumi itu ribuan ton tiap hari, dan mereka akan habis duluan di atmosfer. Semakin banyak umur tata surya, maka meteor jatuh yang ke Bumi akan semakin berkurang," jelasnya.