Suara.com - Para ilmuwan di Universitas Cambridge meneliti korban yang meninggal akibat wabah Black Death dan menemukan fakta mengejutkan.
Hingga saat ini, peninggalan arkeologis menyebutkan bahwa banyak korban Black Death dikuburkan secara massal.
Rupanya, tim ahli baru saja menemukan bukti yang menunjukkan bahwa tidak semua korban Black Death dikubur di kuburan massal.
Bahkan, beberapa korban dikuburkan di makam sendiri dengan sangat hati-hati.
Baca Juga: Kontroversial! Disebut Frankenscience, Tikus Jantan Bisa Melahirkan
Tim ahli mengambil sampel hampir 200 kuburan dan mendeteksi DNA kuno Yersinia pestis, bakteri yang menyebabkan wabah, di gigi beberapa orang yang meninggal karena penyakit itu dan dikubur sendirian.
"Penelitian ini meningkatkan pemahaman bahkan di masa-masa yang traumatis, mereka berusaha keras untuk menguburkan korban dengan hati-hati," kata Craig Cessford, arkeolog dari Universitas Cambridge.
Dilansir dari Science Alert, Selasa (22/6/2021), temuan ini menambah informasi baru pada sejarah wabah yang berlangsung selama abad ke-14 itu.
Saat ini, wabah tersebut masih muncul di negara-negara seperti Republik Demokratik Kongo, Madagaskar, dan Peru.
Penguburan massal dilakukan karena khawatir penyakit itu menular dalam beberapa hari.
Baca Juga: Langka! Penampakan Pluto Ketika Diterangi Matahari
Para korban dimakamkan dalam "lubang wabah", seperti yang digali di sebuah biara abad ke-14 di barat laut Inggris.
Itu berisi 48 kerangka dan lebih dari setengahnya adalah anak-anak.
Hal yang paling mencolok dari cara para korban wabah ini dikuburkan adalah upaya yang harus dilakukan untuk mengubur korban, di dalam tembok bangunan yang umum digunakan untuk pertemuan komunitas agama.
Temuan bukti pertama korban wabah abad pertengahan yang dikubur terpisah berkat DNA kuno ini juga membuka jalan baru bagi para arkeolog.