Suara.com - Bintang raksasa Betelgeuse, yang dikenal sebagai salah satu bintang paling terang di langit malam, sempat meredup selama hampir dua tahun lalu.
Para astronom dibuat bingung ketika melihat bintang yang terletak di konstelasi Orion itu kehilangan lebih dari dua pertiga kecerahannya pada akhir 2019.
Banyak ahli mulai berspekulasi bahwa bintang itu mungkin akan meledak.
Sebuah tim peneliti internasional mencoba menyelidiki penyebab peredupan besar Betelgeuse yang misterius.
Baca Juga: Astronom Optimistis Ada Kehidupan di Bulan Jupiter
Menggunakan Very Large Telescope (VLT) European Southern Observatory (ESO) di Chili, untuk menganalisis gambar bintang tersebut yang diambil selama bertahun-tahun.
Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature, para ilmuwan mengungkapkan bahwa peredupan itu disebabkan pembentukan debu bintang yang mengaburkan sebagian cahaya bintang.
"Sesekali, kami melihat penampakan bintang berubah secara real time dalam skala minggu. Kami telah menyaksikan secara langsung pembentukan apa yang disebut debu bintang.
Dilansir dari Metro.uk, Jumat (18/6/2021), Betelgeuse yang berjarak sekitar 500 tahun cahaya dari Bumi, telah mendekati akhir hidupnya dan berkembang menjadi bintang super raksasa berwarna merah.
Ketika mulai meredup, beberapa ahli mulai berspekulasi bahwa penurunan kecerahan menandakan kematiannya yang akan segera terjadi dalam ledakan supernova yang spektakuler.
Baca Juga: Astronom Temukan Tempat Teraman Tinggal di Bimasakti
Namun, anehnya peredupan hanya berlangsung selama beberapa bulan dan Betelgeuse kembali ke tingkat kecerahan aslinya pada April 2020.
Para ilmuwan mengatakan bahwa permukaan Betelgeuse secara teratur berubah ketika gelembung gas bergerak, menyusut, dan membengkak di dalam bintang. Ini merupakan fenomena yang disebut pulsasi.
Ilmuwan percaya bahwa beberapa waktu selama peredupan besar terjadi, bintang mengeluarkan gelembung gas raksasa yang menjauh darinya.
Ketika sebagian permukaan mendingin, penurunan suhu itu membuat gas mengembun menjadi debu padat.
Para peneliti akan terus mengawasi bintang yang kira-kira berukuran 1.000 lebih besar dari Matahari itu, dengan harapan dapat melihatnya mengeluarkan gelembung gas lagi.