Suara.com - Naftali Bennett, perdana menteri Israel yang dilantik hari ini menggantikan Benyamin Netanyahu, rupanya memiliki latar belakang yang sangat dekat dengan dua teknologi.
Selain sebagai politikus dan tentara, Naftali Bennet punya catatan apik dalam memimpin perusahaan rintisan atau startup teknologi, khususnya yang bergerak dalam bidang keamanan.
Cyota adalah perusahaan teknologi pertama yang dipimpin oleh Bennett, demikian dilansir dari Forbes. Perusahaan ini didirikannya pada sekitar akhir 1990an sampai awal 2000an, saat baru saja mundur dari militer dan sedang belajar hukum di Universitas Ibrani, Yerusalem.
Cyota adalah sebuah software anti penipuan yang didirikan Bennett bersama rekannya, Amir Orad. Hingga kini Orad masih berkiprah di industri teknologi.
Baca Juga: Benjamin Netanyahu Berakhir, Israel Dipimpin Perdana Menteri Naftali Bennett
"Kami memutuskan untuk menjadi Naftali pemimpin, karena kemampuannya yang luar biasa. Ia lebih dari sekedar pengusaha biasa," kata Orad.
Bennett lalu pindah ke New York. Pada 2005, Cyota dijual seharga 145 juta dolar AS ke RSA Security. Setelah itu, Bennett sempat pulang ke Israel dan, ironisnya, bekerja untuk Benyamin Netanyahu yang saat itu masih menjadi oposisi terhadap pemerintahan Ehud Olmert.
Tetapi pada 2008, Bennett mengundurkan diri dari jabatannya sebagai penasehat senior Netanyahu. Kabarnya mundurnya Bennett akibat hubungan yang kurang harmonis dengan Netanyahu yang pada 2009 terpilih menjadi perdana menteri.
Selepas itu, Bennett kembali terjun ke dunia bisnis startup. Ia lalu menjadi CEO Soluto, sebuah perusahaan software yang menyediakan solusi untuk komputasi awan. Pada 2013 perusahaan itu dijual senilai 130 juta dolar AS.
Pasukan khusus yang anti Palestina
Baca Juga: Pro-Peperangan, Calon PM Baru Israel Naftali Bennett Sebut Tidak Ada Negara Palestina
Bennett lahir di Haifa sekitar 49 tahun silam. Orang tuanya adalah imigran dari San Francisco, Amerika Serikat. Sebelum terjun ke dunia bisnis, Bennett aktif di militer.
Ia adalah eks pasukan komando Israel. Setelah bergabung dengan militer Israel pada 1990, ia lolos seleksi untuk menjadi anggota pasukan khusus elit Sayeret Matkal.
Tak hanya itu, ia kemudian juga menjadi anggota pasukan komando Maglan - unit khusus dalam militer Israel yang biasa beroperasi di dalam daerah lawan dengan menggunakan senjata serta peralatan berteknologi canggih.
Sebagai perdana menteri, Naftali Bennett diduga akan memiliki kebijakan tak jauh berbeda dari Netanyahu soal hubungan dengan Palestina. Bennett sering menggambarkan diri sebagai "lebih kanan" dari pendahulunya itu.
Bennett adalah pendukung paling gigih negara Israel. Ia bahkan menolak solusi dua negara - pendirian negara Israel dan Palestina - sebagai akhir dari konflik kedua negara di Timur Tengah.
"Selama saya masih memiliki power dan kontrol, saya tak akan menyerahkan satu sentimeter pun lahan dari Tanah Israel. Titik," tegas Bennett dalam sebuah wawancara pada Februari 2021.
Ia juga adalah pendukung kuat pemukiman Yahudi di Tepi Berat dan menolak untuk menyerahkan Dataran Tinggi Golan kepada Suriah. Meski demikian, ia pernah mengatakan bahwa Israel tak memiliki hak atas Gaza.
Bahkan dalam sebuah debat di televisi beberapa waktu lalu, Bennett pernah mengatai seorang anggota parlemen Israel dari partai Arab dengan ungkapan bernada rasis.
"Ketika kalian masih bergelantungan di pohon, kami sudah memiliki negara Yahudi di sini," ujar Bennet seperti dilansir dari BBC.
Tetapi namanya juga politikus, Naftali Bennett kini berkoalisi dengan partai Arab, Ra'am, untuk bisa mendepak Netanyahu dari kursi perdana Menteri. Koalisi itu juga melibatkan partai Yesh Atid yang beraliran tengah.